“Kak, ada apa?” tanya Dina.
Melvin melepaskan pelukan Dina, lalu dengan lembut berkata, “Ayo ketemu ibu sama ayah kamu, mereka udah nungguin kita. Kamu ikut Kakak ya.”
Dina hanya mengangguk dan mulai mengikuti langkah kaki Melvin. Yang ada di pikiran Dina saat ini adalah, kemungkinan besar orang tuanya sudah menunggu kehadirannya untuk memberikan kejutan.
Di dalam mobil Melvin, sambil menyetir mobil Melvin bertanya, “Gimana sidangnya tadi? Lancarkah?”
Dengan riang, Dina menceritakan bagaimana persidangannya berlangsung. Dina sangat bahagia, sidang skripsinya tak semenyeramkan yang ia bayangkan. Malah sebaliknya, semuanya berjalan dengan sangat lancar, dirinya tak gugup sama sekali, dosen pengujinya pun sangat bersahabat dan sama sekali tidak mempersulitnya.
Dina masih sedikit heran, kenapa ekspresi wajah Melvin masih begitu datar, bahkan terlihat begitu sedih. Keanehan yang dirasakan Dina semakin menjadi-jadi saat arah mobil Melvin mulai meninggalkan pusat kota.
Keheningan di dalam mobil itu pun terpecah, saat Dina mulai kesal dengan tingkah Melvin yang sangat membingungkan, “Kak, kita mau ke mana sih? Jawab dong, please! Aku mulai takut nih.”
Melvin terdiam sesaat, lalu baru menjawab, “Dina, kamu janji ya bakal selalu kuat? Mau sama aku atau gak lagi sama aku, kamu harus selalu utamain kebahagiaan kamu, okay?”
“Kakak ngomong apaan sih? Gak jelas banget! Kita mau kemana sebenarnya?” tanya Dina.
Melvin tak menjawab pertanyaan Dina lagi, dan mobil yang mereka tumpangi pun masuk ke sebuah halaman rumah sakit yang cukup ramai.
“Kita mau apa Kak?” tanya Dina lagi.
“Ikut aku ya,” jawab Melvin singkat.
Melvin dan Dina berjalan bersama menuju sebuah ruangan yang cukup sepi.
Sebelum sampai ke ruangan itu, ada dua orang perawat yang saling berbisik, “Itu kayaknya anaknya itu deh, iya gak sih? Mau tanya langsung atau gimana?”
Keheranan Dina semakin menjadi-jadi. Saat ini, ia yakin, sesuatu yang besar sudah terjadi. Dina kesal, tetapi lebih memilih diam agak segera sampai ke ruangan itu, dan melihat sendiri apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Sebuah ruangan yang berukuran 3 x 4 meter kubik terlihat sangat sepi, hanya ada dua ranjang rumah sakit di dalamnya. Pintu ruangan itu terbuka, dan Dina masih tak mengerti apa maksud Melvin membawanya kemari.
Dina melihat ke sekeliling ruangan itu, ada koper, tas, pakaian kedua orang tuanya. Terlihat jelas ada noda darah di pakaian kedua orang tuanya yang sudah dilipat rapi. Dina masih tak berani menyimpulkan apa yang sedang terjadi saat ini.
Saat melihat dua orang yang sudah ditutupi selimut jenazah, Dina masih tak tahu apa yang terjadi, ia bertanya kepada Melvin, “Kak, ini siapa? Ada apa ini? Cepet kasih tau aku.”
Melvin hanya bisa menangis, tak bisa berkata-kata untuk menjawab pertanyaan Dina.
Sebelum lanjut baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!! ((PLEASE KLIK SALAH SATU IKLANNYA YA KAKAK, SEBAGAI PENGGANTI KOIN, AGAR AWNOVEL BISA TERUS BERKEMBANG, Terima kasih))
“Kak, ada apa ini? Cepet kasih tau aku! Kalau Kakak gak mau jawab, biarin aku cari orang yang bisa jawab pertanyaan aku!” teriak Dina.
Tak lama setelah itu, seorang dokter yang berusia kurang lebih lima puluh tahun datang menghampiri Dina, “Nak. dengan saudari Dina?”
“Iya betul Pak, mohon maaf ada apa ini? Tolong ceritain semuanya sama saya,” ucap Dina.
Dokter yang bernama Dokter Awab itu menepuk pundak Dina, “Nak, ibu sama ayah Nak Dina sangat bangga sama Nak Dina.”
“Ada apa sama orang tua saya Pak? Tolong kasih tau saya sekarang juga,” ucap Dina.
Dengan nada bicara yang rendah, Dokter Awab menjelaskan, “Sekitar satu jam yang lalu, ada kecelakaan beruntun di jalan tol bandara. Dan orang tua Nak Dina terlibat dalam kecelakaan itu. Truk besar di belakang mobil yang ditumpangi orang tua Nak Dina mengalami rem blong, jadi,”
Belum sempai menyelesaikan pembicaraannya, Dina segera menghampiri kedua jenazah yang terlentang di atas ranjang itu. Dengan perlaha, Dina mulai membuka kain yang menutupi bagian wajah kedua orang tuanya.
“Ya Tuhan, ya Tuhan, ini gak nyata, ini gak nyata ya Tuhan,” teriak Dina.
Melvin segera menghampiri Dina, dan menenangkannya.
“Kak, kenapa gak bilang dari tadi! Ibu Ayah! Aku udah lulus, hari ini aku lulus! Kenapa kalian malah pergi, ya Tuhan, aku gak bisa kayak gini!” teriak Dina lagi.
Bersambung …