Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!!
Aldi yakin sekali. Apa yang menimpa Putri masih belum berakhir. Namun, Aldi yakin, semua ini hanya gangguan kecil. Asalkan iman kuat, maka sebagai manusia, makhluk yang sempurna pasti bisa melawan makhluk tak kasat mata itu.
“Tahan ya Put, nanti lukanya diobatin. Sekarang, tayamum aja dulu enggak apa-apa.” ucap Aldi.
“Untung jempol aku aja yang kena huhu tapi tetep sakit Kak. Sebenarnya ada apa sih, kok bisa kayak gini. Aku jadi takut.” keluh Putri.
Putri masih belum menyadari apa yang terjadi pada saat ini. Ia hanya tahu, dirinya baru bangun tidur dan Aldi dan ibunya sudah ada di dalam kamarnya.
Setelah shalat berjalamaah, mereka pun mengaji bersama. Setelah selesai mengaji, Putri mengeluh pada ibunya, “Bu, kok Putri mual banget ya, gak enak badan tiap pegang Al Qur’an.”
Bu Endah hanya bisa menangis. Ia tak tahu harus berkata apa pada Putri. Lain dengan Aldi, Aldi langsung menceritakan segalanya pada Putri.
“Seminggu yang lalu, kakak ….”
***
Putri terkejut. Bagaimana bisa ia mempercayai perkataan Aldi. Jelas-jelas dirinya tak merasakan apapun. Tidak ada kejadian seminggu yang lalu, masuk rumah sakit, karena yang dia ingat adalah, ia tertidur sesaat selesai menelpon Aldi yang masih di kostannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aldi, Putri dan Bu Endah sudah selesai makan malam.
“Bu, maaf ya aku jadi merepotkan. Aku pulang dulu ya Bu, udah malam.”
“Harusnya ibu dong yang bilang minta maaf, dari kemarin terus repotin Nak Aldi terus. Hati-hati di jalan ya Nak.” ucap Bu Endah.
***
Tepat tengah malam, tiba-tiba terdengar suara teriakan Pak Tarno, “Bu, tolong bukain, ayah pulang nih.”
Bu Endah segera terbangun dan pergi membukakan pintu.
Bu Endah: “Ayah, kok pulang sepagi ini. Seharian gak bisa dihubungi.”
Pak Tarno: “Maaf ya, handphone ayah tiba-tiba rusak. Putri gimana kabarnya Bu?”
Bu Endah: “Alhamdulillah udah mendingan, cuma masih mual-mual gitu Yah tiap shalat dan ngaji.”
Pak Tarno: “Syukurlah kalau begitu. Dari tadi ayah doain terus semoga Putri cepet pulih.”
***
Tiga hari berlalu, kehidupan Putri berangsur membaik. Tak ada lagi mual-mual yang ia rasakan setiap kali melakukan hal yang berhubungan dengan masalah ibadah.
Sepulang sekolah, Putri sedang membeli jajanan gorengan di dekat rumahnya. Saat ia sedang menunggu jajanannya selesai digoreng, ia mendengar dua orang ibu-ibu sedang berbincang.
Ibu A: “Eh tau gak sih si Putri anaknya Pak Tarno bos sayuran itu, katanya sih diguna-guna, seminggu kemarin gak sadar gitu kayak orang kesurupan.”
Ibu B: “Udah denger dong. Si Putri yang deket sama si Aldi itu?”
Ibu A: “Iya Jeng, bener, ih ngeri ya zaman sekarang masih ada aja gitu gitu.”
Ibu B: “Gak heran lah, bapaknya si Aldi kan dukun di daerah kita. Biasanya ya kalo yang udah berhubungan sama Bapaknya si Aldi, nyawanya gak akan selamat.”
Putri tak mengerti apa yang mereka bicarakan. Sebenarnya, dirinya pun sering mendengar kabar burung kalau Ayah Aldi adalah seorang dukun. Dukun yang sering menangani masalah percintaan, perekonomian dan lain-lain. Namun, yang ia tahu dari mulut Aldi, ayahnya bekerja sebagai ahli pengobatan tradisional. Entahlah, Putri tidak ingin banyak berpikir. Daripada ujungnya hanya menimbulkan penyakit hati, lebih baik fokus bersyukur saja, dirinya sudah pulih kembali.
Sesampainya di rumah, Pak Tarno langsung memanggil Putri untuk menghampirinya. Belum sempai sampai ke kamarnya, Putri segera menghampiri Pak Tarno.
Pak Tarno tersenyum pada Putri, “Putri, gimana hari ini? Seru gak sekolahnya?”
Putri merasa aneh, tak biasanya ayahnya bertanya basa-basi seperti ini padanya, “Ya gitu Yah. Sekolah gitu-gitu aja hehe. Ada apa Yah?”
Putri langsung berterus terang. Menanyakan ada hal apa yang ingin diungkapkan oleh ayahnya padanya.
“Begini. Ayah mau kamu fokus sekolah dulu ya. Jangan dulu pacaran. Agak jaga jarak sama si Aldi itu,” Pak Tarno terdiam, lalu melanjutkan, “demi kebaikan kamu.”
Putri terkejut. Kenapa ayahnya tiba-tiba mengatakan ini. Ia sudah lama sekali dekat dengan Aldi, tapi kenapa baru sekarang melarangnya?
“Ayah, aku udah dewasa. Aku gak bisa lagi dilarang-larang tanpa alasan yang jelas. Harus ada alasan yang spesifik. Kalau fokus belajar, aku juga…”
“Cukup. Demi kebaikan kita semua, keluarga Aldi itu keluarga dukun! Kamu hampir mati karena dia!” Pak Tarno menatap Putri dengan tatapan yang dalam, “Nak, ayah sayang sama kamu. Ayah mau lindungin kamu.”
Putri terhenyak. Ayahnya langsung memotong pembicaraannya dan mengatakan sesuatu yang dikatakan oleh ibu-ibu yang tak sengaja ia dengar pembicaraannya tadi.
“Baik. Makasih Yah.” Putri tak bisa membendung air matanya. Ia naik ke lantai atasnya, pergi ke kamarnya sambil menangis. Tak tahu harus berbuat apa. Dirinya benar-benar sangat bingung.
****
Bersambung…
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)