Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!! ((PLEASE KLIK SALAH SATU IKLANNYA YA KAKAK, SEBAGAI PENGGANTI KOIN, AGAR AWNOVEL BISA TERUS BERKEMBANG, LAFYUU :*))
Akhir-akhir ini, Dina disibukkan dengan proses penyusunan skripsinya. Jadi, ia pun tak begitu sering memikirkan keadaan Melvin.
Universitas Nasional A
Dina sedang bersama kedua sahabatnya, Sunny dan Riris di kantin kampus.
“Eh kalian liat berita korupsi itu gak sih? Yang ternyata pacarnya sendiri yang korupsi di perusahaan bokapnya?” Ucap Riris sambil memainkan ponselnya.
Dina agak terkejut saat mendengar perkataan sahabatnya itu. Ia tak menyangka, berita ini akan tersebar dengan cepat di internet.
Dina masih diam saja, tak merespons apapun, lalu Sunny menjawab, “Tahu! Gila ya, kemain gue liat pewaris dari perusahaan itu, um Melvin apa Kelvin gitu ya namanya, pokoknya dia ganteng banget! Tapi sayang gak pinter milih pacar!”
Untuk masalah pribadi, Dina sangat sekali menceritakannya pada teman-temannya. Bahkan termasuk rencana perjodohannya dengan Melvin pada saat itu. Jadi, tidak heran kedua temannya tidak mengetahui apapun tentang hal ini.
Setelah beberapa saat, Dina baru mulai angkat bicara, “Hei, kalian itu kan baru selesai makan, sekarang langsung ngomongin orang, aduh ya.”
“Aduh Dina, ini kan lain, beritanya lagi rame banget sih.” Sahut Sunny.
“Tau nih Dina, beritanya kan lagi rame banget itu,” ungkap Riris.
Dina menanggapi celotehan mereka hanya dengan senyuman saja awalnya, tetapi, senyuman itu segera membeku saat mendengar Sunny berkata, “Dina, bokap lu harusnya kenal dong sama pemilik perusahaan ini? Kan sering tuh para pengusaha kumpul bareng gitu.”
“Em, itu, ka, kayaknya iya deh bokap gue kenal. Gue gak tau pasti, soalnya jarang tau urusan bokap hehehe.” Jawab Dina.
Dina tetap tidak ingin memberi tahu siapapun perihal perjodohan itu. Untungnya Sunny dan Riris juga tak terus menerus menanyakan hal ini pada dirinya.
***
Tak terasa, sore hari pun tiba. Dina sudah menyelesaikan segala agenda yang harus ia lakukan hari ini. Saat sedang berjalan ke parkiran mobilnya, ia melihat sosok tinggi dan kekar yang sangat akrab di matanya.
“Kak Melvin? Ngapain di sini ya dia?” gumam Dina.
Dina melihat Melvin sedang duduk di depan mobilnya.
Melvin pun menyadari kedatangan Dina, ia langsung menyapa, “Hei, Dina, pulang bareng yuk. Aku mau silaturahim sama ayah ibu kamu.”
Dina agak terkejut, kenapa Melvin bisa tiba-tiba menemuinya, ia pun menjawab, “Um, okay, mobil Kakak mana?”
“Aku ikut sama mobil kamu aja ya, sengaja biar bareng, aku minta Pak Heru buat bawa mobil aku pulang tadi. Yuk berangkat, aku aja yang nyetir, mana kuncinya?” Tanya Melvin.
Setelah mengatakan itu, Melvin terdiam begitu melihat Dina yang seolah terbuai dalam lamunannya, Melvin melambaikan tangannya di hadapan wajah Dina, “Dina, hei, kamu kenapa?”
Pada detik ini, Dina pun terbangun dari lamunannya, ini bukan khayalannya semata, Melvin benar-benar menjemputnya pulang, “Okay Kak, ini kuncinya.”
Melvin dan Dina pun pergi menuju rumah Dina. Sepanjang perjalanan, Dina tak begitu banyak berbicara. Ia sangat mengenal dirinya sendiri, ketika dirinya sedang begitu antusias, dirinya bisa saja melakukan hal yang bodoh karena salah tingkah.
Keheningan pun terpecah saat Melvin berkata, “Kamu kenapa sih tiap ketemu aku suka diem terus kayak gini? Gak suka ya sama aku?”
Wajah Dina langsung memerah, dengan reflek ia menjawab, “Suka kok!”
Dina langsung berkata kembali, “Maksud aku tuh, aku diem aja bukan berarti aku kesel sama Kakak, enggak.”
Melvin tersenyum manis saat melihat Dina yang salah tingkah seperti itu. Ia merasa, Dina sangat lucu dan imut sekali. Dibalik pembawaannya yang pintar, serius, pekerja keras, ternyata tetaplah seorang perempuan yang manja dan imut.
Dina hanya bisa berpura-pura tidak memerhatikan ekspresi Melvin. Suasana dalam mobil itu pun langsung sunyi sesaat percakapan itu terjadi.
Sampai akhirnya mereka sampai di kediaman Pak Soekarja.
Melvin dan Dina langsung pergi menuju ruang keluarga di rumah itu. Ada Ibu dan ayah Dina sedang duduk di sofa ruangan tersebut.
“Eh nak Melvin, gimana keadaan kamu sekarang?” Sapa pak Soekarja.
Sambil menjabat tangan pak Soekarja dan bu Ane, Melvin menjawab, “Sekarang udah jauh lebih. Makasih ya Om dan Tante.”
Bu Ane dengan antusias mengajak mereka untuk makan, “Kebetulan, pas banget sop kaki sapinya baru mateng, kalian pasti laper banget kan? Ayok kita makan dulu, baru kita lanjut ngobrol.”
Melvin merasa tidak enak, ia segera menolak, “Saya ke sini cuma pengen ngobrol aja sama Dina Tante, udah makan tadi.”
“Ah kamu dari kecil gak berubah ya, gak enakan terus. Gak apa-apa, yuk kita makan dulu,” bu Ane juga mengajak suami dan putrinya, “Dina, Ayah, ayo kita makan dulu. Ibu udah laper, kalian pasti laper juga kan? Ayo cepet.”
Akhirnya, mereka pun pergi ke ruang makan untuk makan bersama.
Melvin merasa tersentuh, rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan rasa hangatnya keluarga. Dan ia bisa merasakan kehangatan itu di rumah ini.
Bersambung…
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)