“Gak tahu malu kamu! Udah selingkuh, masih aja ganggu hidup aku! Kita udah resmi putus dari dulu! Aku gak mau pacaran sama orang gak tahu malu kayak kamu!”
Sela pun menangis, “Tega kamu! Kita udah pacaran 3 tahun, aku kayak gak ada harganya sama sekali di hati kamu! Cuma karena kesalahan kecil! Tega kamu!”
Deni menunjuk Sela, dengan nada bicara yang pelan, ia berkata, “Tidur sama sahabat aku sendiri, itu kesalahan kecil? Sakit kamu! Sana pergi, sekarang juga pergi! Atau aku kasih tahu papah kamu biar tahu sekalian gimana kelakuan anaknya!”
Sela pun segera pergi meninggalkan mereka berdua.
Sebelum lanjut baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!! ((PLEASE KLIK SALAH SATU IKLANNYA YA KAKAK, SEBAGAI PENGGANTI KOIN, AGAR AWNOVEL BISA TERUS BERKEMBANG, Terima kasih))
Deni terlalu fokus pada Sela tadi, sampai tak menyadari kalau pacarnya sudah menangis.
“Sayang, maaf ya, sumpah ini di luar dugaan aku, aku gak nyangka orang gila itu bakal nyamperin ke sini,” ucap Deni sambil mengelap wajah Dini.
“Aku udah gak nafsu makan lagi Kak, kita pulang aja yuk. Aku mau pulang, malu-maluin banget ini. Liat, semua orang liat ke arah kita,” ucap Dini sambil berdiri dan pergi dari restoran itu.
Deni segera menyusul kepergian Dini. Mereka segera pergi menuju rumah Dini.
“Yang, ngomong dong, please jangan diemin aku kayak gini. Aku mohon,” bujuk Deni.
“Ini udah keterlaluan banget, gak sekali dua kali Sela malu-maluin aku kayak gini,” bentak Dini.
Beberapa hari berlalu dengan suasana yang dingin. Dini tak begitu merespons Deni, baik pesan dan teleponnya, ataupun saat Deni menemui Dini langsung.
Kembali lagi di hari Senin, Deni secara khusus menunggu lebih awal waktu pulang sekolah Dini. Saat bel pulang sekolah berbunyi, tak lama kemudian, Deni melihat Dini segera keluar dari gerbang pintu sekolahnya.
“Mau apa ke sini?” tanya Dini.
“Aku gak bisa gini terus. Aku gak bisa kamu dinginin terus. Jangan gantung aku kayak gini,” ucap Deni.
Sahabat Dini, Nova, segera mencubit siku Dini, sambil berbisi, “Din, mau aku temenin gak? Aku temenin aja ya.”
Dini pun berbisik, “Enggak perlu, kamu pulang duluan aja.”
Setelah Nova pergi, Dini menghela napas berat, lalu berkata, “Lebih baik kita putus aja ya. Aku gak mau punya hubungan yang bikin aku pusing, batinku sakit terus-terusan kayak gini. Aku mau bahagia.”
Deni terkejut mendengar ucapan Dini. Ia tak menyangka, Dini akan memutuskannya secepat ini.
Deni tak langsung meluapkan emosinya, ia mencoba menenangkan dirinya dan berkata, “Hei, kita bicarain ini baik-baik ya? Please, aku mohon. Aku mau bahagiain kamu, aku mohon Dini, sayangku.”
“Entahlah Kak, aku gak bisa kayak gini terus,” jawab Dini.
“Naik dulu sini, kita cari tempat buat obrolin ini ya.” Deni langsung memberikan helm cadangan kepada Dini.
Tak banyak berpikir, Dini langsung menerimanya dan berkata, “Ke rumah aku aja ya Kak. Aku mau pulang aja.”
Deni mengangguk, ia berkata, “Okay, kita ke rumah kamu yah. Kita ngobrol di rumah kamu aja.”
Mereka berdua pun akhirnya pergi ke rumah Dini. Sesampainya di rumah Dini, mereka berdua langsung pergi menuju ruang tamu.
“Kak, tunggu di sini yah. Aku mau ganti baju dulu,” ucap Dini.
“Oke, aku tunggu di sini ya,” jawab Deni.
Di dalam kamarnya, Dini duduk dan melamun di meja belajarnya. Dini tak tahu harus bagaimana, di sisi lain dirinya begitu mencintai Deni, tetapi di sisi lain ia tak ingin terluka juga karena urusan masa lalu Deni.
Tak terasa, Dini terbuai dalam lamunannya selama 25 menit, sampai ia lupa kalau Deni sedang berada di ruang tamu, menunggu kedatangannya.
Saat akan keluar dari kamar, Dini terkejut saat melihat Deni sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
“Aku kira kamu kenapa-kenapa, makaya aku langsung datang ke sini,” ucap Deni.
Melihat Dini yang masih terdiam saja, Deni berkata, “Dini my love, I want you forever.”
Bersambung …