Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!!
Aku masih tak begitu menghiraukan hal ini. Sampai esok hari tiba, sebelum upacara, teman-teman dikelasku membicarakan hal-hal angker yang terjadi di pasar.
“Eh bapakku kan kerja di pembangunan pasar ya, kemarin malam cerita, di pasar sering banget tiba-tiba kedenger suara cewek nangis, anak kecil ketawa ….”
“Lha iya, bapakku juga cerita yang sama. Bahkan bapakku sampe liat ada wewe gombel!”
“Ini sih harus dibacain doa rame-rame! Gak bisa ini kayak gini, gimana mau laku nanti dagangan para penjualnya!”
Begitulah kira-kira obrolan teman-temanku. Aku jadi agak khawatir. Sebelum berangkat ke sekolah, bapakku ditawari bantu-bantu bersihin pasar. Aku takut terjadi sesuatu pada beliau.
***
Waktu pulang sekolah tiba, sahabatku Dodo pulang bersamaku. Dodo membuka topik pembicaraan masalah hantu di pasar.
“Dit, aku rasa, ada yang aneh sama pembangunan pasar ini. Kenapa ya?”
“Aneh apanya Do?”
“Kamu tau sendiri aku bisa liat makhluk halus,” Dodo menghentikan langkah kakinya, lalu berkata, “aku sampe gak kuat berdiri pas liat makhluk-makhluk di pasar itu.”
Aku pun ikut berhenti dan melihat wajah Dodo yang sangat pucat pasi, “Do, kamu gak apa-apa kan? Kamu pucet banget. Ada baiknya warga kita doa bersama di pasar. Minggu depan pas pembukaannya tuh pas…”
Belum sempat berbicara, Dodo pun memotong pembicaraanku, “Sudah sudah, aku pusing sekali. Efek tiap kali liat yang kayak gitu emang kayak gini. Dit, maaf ya repotin, anter aku pulang dulu, takut pingsan aku.”
Aku tak banyak bicara lagi, aku dan Dodo segera pergi pulang ke rumah Dodo.
Sebenarnya, aku sangat takut terjadi sesuatu pada Dodo. Bagaimanapun, pembicaraan warga desa tentang kematian Pak Tono, tetap bersarang di benakku. Namun, sudahlah, Dodo baik-baik saja.
Hari ini, hari Kamis. Waktu pembukaan pasar semakin dekat, banyak warga yang antusias untuk menyambut pembukaan ini. Bagaimana tidak, hadirnya pasar ini, dipercaya menjadi cahaya harapan untuk ekonomi warga kami yang memang bisa dibilang dibawah rata-rata.
Tak ada lagi simpang siur tentang keangkeran pasar ini. Karena Selasa lalu telah dilaksanakan pengajian bersama yang dilakukan oleh para pemuka agama di daerah kami.
Ya, semuanya baik-baik saja, sampai malam pun tiba. Aku sudah selesai sembahyang, tugas-tugas pun sudah selesai kukerjakan. Rasa kantuk pun sudah kurasakan, aku segera bergegas ke kamarku untuk tidur.
Baru saja tertidur sebentar, aku langsung bermimpi buruk yang terasa sangat nyata.
“Dit tolong aku Dit! Aku gak mau ikut nenek-nenek ini! DITO! Sadar cepet! Ini bukan mimpi!”
Aku yang masih linglung, hanya bisa melihat Dodo, sahabatku, sedang dipeluk oleh seorang wanita tua sambil mengenderai delman dengan dua kuda yang besar. Aku sadar sekali ini hanyalah mimpi, tapi rasanya aku bisa mengontrol diriku sendiri.
Di mimpiku, aku segera mengejar delman itu. Lariku semakin kencang dan kencang, namun delman itu semakin cepat juga perginya.
“Dit! Cepet Dit!” Dodo terus berteriak.
“Ya Allah, beri hamba kekuatan lebih.” ucapku pelan.
Akhirnya aku bisa mengejar delman itu, aku berhasil memegangi bagian belakang delman itu. Dodo segera meraih tanganku. Dan pada saat itu, wanita tua itu menoleh ke arahku. Wajahnya hancur, mata dan lidahnya sangat panjang. Wanita itu tersenyum ngeri ke arahku. Wanita tua itu mencakar tanganku dengan kukunya sampai tanganku berdarah. Tetapi aku tidak terkecoh. Aku sangat yakin, ini bukan mimpi biasa!
“Gusti Allah-ku lebih kuat, Bismillah, hancur kau makhluk tak sempurna!”
BRUK!
Aku berhasil menarik Dodo dari delman itu. Seketika, delman itu pun langsung hancur, wanita tua itu terbakar hebat.
Aku pun terbangun dalam keadaan linglung, kakiku terasa sangat sakit, dan tanganku benar-benar berdarah. Tak banyak berpikir lagi, aku segera keluar dari kamar dan bergegas pergi ke rumah Dodo.
Bapak yang melihatku berantakan seperti ini, segera menghentikanku, “Mas, udah malem, mau kemana?”
“Pak, Mak, Dodo dalam keadaan bahaya. Tolong percaya sama mas.”
Tumben sekali bapakku tidak berkata aku hanya mengkhayal, bapak berkata, “Bapak anter, yuk, naik motor biar cepet.”
Walaupun jaraknya tidak jauh, hanya berjarak 1 km, namun akan lebih cepat jika mengendarai motor. Aku dan bapak pergi ke rumah Dodo.
Aku segera turun dari motor, lalu mengetuk pintu rumah Dodo. Ayah Dodo membukakan pintu, lalu langsung berteriak, “Pak Mulya! Dito! Kebetulan datang, tolongin Dodo!”
Aku dan bapak segera masuk, lalu melihat keadaan Dodo yang sangat kurus dan pucat, seolah sudah sakit selama berbulan-bulan. Ayah Dodo langsung menceritakan keadaan Dodo. Satu jam yang lalu, Dodo tiba-tiba tak bernapas, tak ada denyut nadi lagi, Pak Sugeng pun sudah memastikan kalau Dodo sudah meninggal dunia. Tapi, setengah jam kemudian, Dodo kembali bernapas, dan terus memanggil nama Dito…
Bersambung….
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)