Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!!
Listya terkejut saat mendengar namanya disebut oleh bos dan asisten pribadi bosnya.
“Ma.. Maaf Pak, ada apa ya? Kok nama saya dipanggil-panggil?” ucap Listya polos.
Suasana di luar kantor masih agak bising, oleh karena itu, Listya hanya mendengar namanya saja yang disebut, tetapi tak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh atasannya itu.
“Kami sedang review berkas kamu, untuk didaftarkan di database perusahaan. Tadi saya minta Joseph untuk cek kembali, ternyata nama kamu belum ada di database kantor. Gitu lho hehehe.” Tian segera menjelaskannya.
Joseph menggigit bibirnya, hampir saja mereka ketahuan oleh Listya. Joseph pun segera pamit, “Bu Listya, Pak Tian saya pamit dulu ya. Mau lanjutin pekerjaan saya. Mari semuanya.”
Sampai sore, wajah Tian terus memerah. Dalam hatinya meragu, apakah Listya mendengar perbincangannya tadi atau tidak.
Waktu pulang bekerja sudah tiba, Listya berpamitan pada Tian, “Pak, saya permisi pulang duluan ya.”
“Oh iya silakan, saya mau lembur nih hehe. Hati-hati di jalan ya.”
“Iya Pak, Bapak juga ya.”
Sebelum Listya pergi, Tian mencegatnya lagi, “Kamu pulang naik apa? Sekalian bareng sama saya aja yuk, saya gak jadi lembur,” Tian menunduk mencari alasan, “kucing saya sakit harus dibawa ke vet.”
“Lah Bapak suka kucing juga? Wah kita sama dong Pak. Kebetulan saya juga mau ke vet, bawa kucing saya buat divaksin. Mau sekalian Pak?” tanya Listya.
SIAL! KUCING DARI MANA!
Tian panik, kucing dari mana, ia tak memelihara kucing sama sekali. Bagaimana ini? Kesempatan sudah bagus, sudah pas, tapi kenapa… Arghh bodohnya.
“O.. Oh oke, bagus tuh, kebetulan banget saya gak tau vet mana yang bagus. Ya sudah, saya siap-siap dulu ya Lis.”
Tian membereskan barang-barangnya sambil berpikir, harus pergi kemana mencari kucing, di waktu yang mendadak seperti ini.
“Listya, bagaimana kalau saya antar kamu pulang dulu, lalu saya jemput lagi setelah saya ambil kucing di rumah?”
“Rumah Bapak kan deket sini, rumah saya yang jauh, jadi… Kenapa enggak sekalian aja?” tanya Listya lagi.
DEG!
“Oh iya ya betul, omong-omong, jangan ngetawain ya, kucing saya bukan kucing mahal, kucing lokal biasa. Sedih aja gitu liat di jalanan, luntang lantung sendiri, jadi saya ambil deh.”
Huft, akhirnya Tian berhasil mencari alasan yang tepat. Tiap sore, kebetulan ada kucing liar yang selalu diam di depan rumahnya.
“Gak apa-apa dong Pak, malah saya salut sama orang kayak Bapak. Sayang sama binatang, tanpa pandang ras dan fisiknya.” puji Listya.
Wajah Tian memerah bukan main. Dirinya dipuji oleh orang yang disukai olehnya! Ya ampun!
“Biasa aja ah. Saya udah siap nih, ayo berangkat.” ajak Tian.
Lima belas menit berlalu, dengan menumpangi mobil milik Tian, mereka pun sampai di rumah Tian. Tak mewah, tak besar, hanya rumah minimalis, tingkat dua dengan halaman depan yang cukup luas.
“Kita udah sampai di rumah kita.” ucap Tian.
“Hah? Maksud Bapak?” tanya Listya.
“Maksud saya, rumah saya. Tuh kucingnya, namanya Lele, soalnya dia mirip ikan lele hahaha.” Tian mencoba untuk mencairkan suasana.
krik krik krik
Listya hanya tersenyum, lalu Tian melanjutkan, “Saya bawa keranjang dulu ya. Kamu mau masuk dulu gak?”
Listya menggelengkan kepalanya, “Enggak Pak gak usah, saya tunggu di sini aja.”
Listya duduk di bangku di taman depan rumah Tian. Sebenarnya, Listya agak bingun dengan sikap bosnya ini. Tak seperti yang dibicarakan orang-orang, bosnya yang dingin, cuek, kejam, semuanya tak terlihat oleh Listya.
Setelah membawa keranjang, Tian segera memasukan kucing itu ke dalam keranjangnya. Kucing dengan corak hitam putih itu kurang lebih berusia 5 bulan. Masih lucu-lucunya, hanya saja terdapat penyakit kulit di tubuhnya.
Mereka pun segera pergi ke rumah Listya, jaraknya sekitar 4 km dari rumah Tian.
Melihat rumahnya sepi, Tian bertanya, “Sepi banget, kamu tinggal sama siapa di sini?”
“Sendiri aja Pak, sejak orang tua saya meninggal karena kecelakaan mobil tahun lalu. Saya bawa kucing saya dulu ya. Ayo Pak masuk dulu.”
“Maaf, turut berduka cita ya.”
***
Tian masuk ke dalam rumah Listya, lalu menemukan banyak foto tergantung di dinding ruang tamu itu.
Dan ada salah satu foto, Listya sedang digendong oleh seorang laki-laki, di foto itu, Listya digendong sambil mencium pipinya…
Siapa laki-laki itu? Kenapa tidak ada di instagramnya?
Bersambung…
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)