Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!! ((PLEASE KLIK SALAH SATU IKLANNYA YA KAKAK, SEBAGAI PENGGANTI KOIN, AGAR AWNOVEL BISA TERUS BERKEMBANG, LAFYUU :*))
Memiliki seorang suami yang baik, memang hal yang sangat diidam-idamkan oleh banyak orang. Begitu pun dengan diriku. Sejak pernikahanku dengan Mas Fahri menginjak 3 tahun, rasanya rasa cintaku secara perlahan mulai memudar. Apalagi sejak anak kami menginjak usia 1 tahun, aku semakin merasa kelelahan, hidup rasanya tak begitu berselera lagi.
“Kok kamu jadi cuek banget sih akhir-akhir ini?” Tanya Mas Fahri sesaat sebelum aku tidur.
“Aku lagi perlu waktu buat sendiri, bisa gak jangan ganggu dulu?” Ucapku.
“Syeril! Jangan pergi dari kamar, biar aku aja yang tidur di luar.” Ucap Mas Fahri sambil pergi meninggalkan kamar kami.
Mas Fahri memanggilku dengan namaku, tandanya ia sedang marah besar. Tetapi, aku tetap tidak peduli. Saat ini, aku sedang ingin sendiri saja.
Mas Fahri bekerja sebagai staff IT di sebuah perusahaan start up yang sudah mulai bagus perkembangannya. Jadi, ia bisa dibilang memiliki penghasilan yang bagus di umurnya yang masih terhitung muda, yaitu 28 tahun. Aku memutuskan untuk berhenti bekerja sejak memiliki Adrian, putra semata wayangku.
Keesokan paginya, Mas Fahri pulang dari lari paginya sambil membawakan bucket bunga, “Morning honey. Maaf ya, aku akhir-akhir ini cuek banget sama kamu. Kamu gak mungkin tiba-tiba cuekin aku tanpa alasan.”
Selama bersamanya, dari mulai pacaran dulu sampai sekarang, baru kali ini Mas Fahri memberiku bunga. Aku pun tak kuasa menahan haruku, aku memeluknya, “Tumben banget sih kamu, makasih ya. Aku lagi badmood aja semalam. Btw, dalam rangka apa nih kasih aku bunga?”
Mas Fahri segera mengecup keningku, lalu berkata, “Pengen aja, aku jarang banget romantis sama kamu. Oh iya, mulai besok bakal ada baby sitter yang bakal bantu kamu ngurus Adrian.”
Rasa haruku berubah menjadi rasa curiga, kenapa Mas Fahri tiba-tiba memperlakukanku begitu istimewa hari ini? Ya! Dia pasti sudah melakukan kesalahan besar di belakangku, makanya tiba-tiba berubah seperti ini.
Aku lagi-lagi bertanya, “Mas, ada apa deh?”
“Enggak ada apa-apa, aku cuma mau kasih yang terbaik buat keluarga aku.” Ucapnya sambil pergi ke dapur.
Aku pun segera menyusulnya untuk sekalian memasak sarapan untuknya juga.
Aku tetap menahan diriku agar tidak begitu curiga pada suamiku.
***
Keesokan harinya, benar saja, seorang baby sitter dari yayasan yang dihubungi oleh suamiku datang. Seorang paruh baya yang begitu sopan dan telaten merawat Adrian. Aku merasa sangat senang, akhirnya bebanku berkurang sedikit. Kami memang memutuskan untuk tidak menggunakan jasa pembantu karena untuk saat ini masih tidak perlu. Untuk tugas rumah, aku dan Mas Fahri sering kali berbagi tugas, namun, tetap saja, aku merasa mengurus Adrian menjadi hal yang paling berat untukku. Maklum, anak pertama, masih belum ada pengalaman dalam mengurus anak.
Beberapa hari berlalu dengan terasa lebih santai. Sampai akhir pekan pun tiba. Pagi ini, Mas Fahri berkata, “Sayang, pengen dong nyobain perawatan wajah. Ke klinik yuk? Kita perawatan.”
Ada apa lagi ini? Tumben sekali, benar-benar sangat tumben. Aku mulai mengingat-ingat kembali pada beberapa hari yang lalu saat Mas Fahri memberiku bunga. Sejak saat itu, hubungan kami memang terasa lebih intim daripada sebelumnya. Tapi, kenapa aku tetap merasa ada sesuatu yang lain.
“Mas, sejak kamu kasih bunga ke aku, kamu jadi sering lembur, makin perhatian sama aku, sekarang ngajak perawatan pulak! Sebenarnya ada apa sih? Mas punya selingkuhan ya makanya jadi ngerasa gak enak terus baik banget sama aku?” Tanyaku.
Aku sudah tak bisa menahan diri lagi. Sebelum terlalu jauh, lebih baik jelas dari sekarang saja.
Mendengar ucapanku, mas Fahri malah ketawa-ketawa tidak jelas, lalu berkata, “Kamu itu mikirnya terlalu jauh. Mikir positif aja sih sama suami. Aku mau perawatan biar kita sama-sama awet muda. Kamu mau emang punya suami kucel gini? Kamu juga emang gak seneng diajak perawatan bareng sama suami kamu?”
Mendengar jawabannya, aku pun merasa apa yang ia katakan memang masuk akal juga. Jadi, untuk saat ini, aku tetap mencoba untuk berpikir positif.
Setelah selesai mandi dan bersiap-siap, mas Fahri berkata pada bu Isno, baby sitter Adrian, “Bu, titip dulu Adrian ya? Kita berdua mau keluar dulu pacaran hehehe.”
Pipiku langsung memerah, “Ish kamu nih ya,” lalu aku menoleh pada Bu Isno, “Bu, titip Adrian ya, kami pergi dulu ke luar sebentar.”
Aku dan mas Fahri pun pergi ke sebuah klinik kecantikan yang terletak tak jauh dari rumah kami berdua. Seperti remaja kembali, kami berdua menikmati kebersamaan kami, tetapi tetap saja, dengan perasaan aneh yang tak bisa lepas dari benakku.
Bersambung…
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)