Malapetaka

0
(0)

Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!! ((PLEASE KLIK SALAH SATU IKLANNYA YA KAKAK, SEBAGAI PENGGANTI KOIN, AGAR AWNOVEL BISA TERUS BERKEMBANG, LAFYUU :*))

Namaku, Ina. Namun, pada saat ini, orang-orang memanggilku “Si bangsat”.

Ada cerita yang tak begitu panjang, dibalik julukan ini. Sebelum bercerita lebih lanjut, aku ingin memberi tahu kalian semua, ambil hikmah dari ceritaku ini. Tolong, jaga ego kalian, jangan sampai sama sepertiku. Menyakitkan, berakhir hidup sendiri, tanpa orang tua, suami, apalagi anak.

Baik, semua berawal dari 2 tahun yang lalu. Benar kata pepatah, sebesar apapun rezeki yang kita dapat, tak akan pernah terasa cukup jika kita tidak mensyukurinya. Suamiku, Anton, bekerja sebagai akuntan di sebuat perusahaan terkenal. Untuk ukuran baru berumur 30 tahun, dia sudah terbilang memiliki gaji yang menjanjikan. Sekitar, 15 juta gaji perbulannya. Walaupun aku tidak bekerja, tetapi, gaji itu sudah cukup untuk menanggung beban hidupku, suami dan anakku. Soal rumah dan kendaraan tak masalah, sebelum menikah, suamiku sudah memilikinya.

“Sist, katanya lagi ada diskon tas ya di mal?”

“Sist, beli ini yuk.”

“Sist, beli barengan yuk, biar dapet potongan!”

Salahku, bergaul dengan orang yang salah. Bergaul dengan ibu-ibu arisan yang sangat suka belanja.

Sekali, dua kali, tiga kali, semuanya masih bisa tercukupi dengan gaji suamiku. Suamiku selalu memberika semua gajinya padaku, dan ia pun membebaskan aku untuk membeli apapun juga, selagi bermanfaat. Namun, tidak dengan kali ini.

“Tabungan kita berkurangnya sampe 40 juta loh, kamu pake apa? Kan aku bilang, tabungan darurat gak boleh dipake kalau gak ada hal urgent. Emang gajiku gak cukup yang?” Tanya suamiku.

Aku hanya bisa tertunduk. Uang 40 juta itu, aku gunakan untuk membeli tas branded limited edition bulan lalu. Aku malu! Tiap kali arisan, teman-temanku menggunakan tas branded, sedangkan aku? Hanya tas lokal biasa saja.

“Jawab aku! Dipake apa? Kalau penting, bilang sama aku.” Suamiku terus menggertakku.

Jawabanku berikutnya, adalah masa-masa di mana malapetaka di hidupku dimulai.

“Bu Lastri,” jawabku penuh keraguan.

“Ada apa sama bu Lastri?” Tanya suamiku.

“Bu Lastri, umh, harus nolongin adeknya untuk biaya operasi, sedangkan, umh, deposito dia baru bisa cair bulan depan. Jadi, mau pinjem dulu sama kita. Aku baru mau bilang, kamu keburu nanyain.” Ucapku.

“Gak mungkinlah, bu Lastri kan istri direktur, 40 juta itu receh buat dia.” Suamiku mulai curiga padaku.

Alasan ini memang kurang masuk akal, tetapi, untungnya aku masih menyimpan resi transfer uang itu ke rekening bu Lastri. Aku membeli tas itu melalui bu Lastri.

“Mas, ini nih buktinya. Masa sih aku bohong sama kamu!”

Aku sangat bersyukur, aku bisa bernapas lega walau sebentar. Suamiku tak menanyaiku lagi.

Aku mulai memikirkan cara bagaimana harus mengembalikan uang itu. Karena gaji suamiku, sudah dipakai untuk membayar utang yang tak diketahui oleh suamiku sebanyak 5 juta per bulan selama 10 bulan. Aku mulai bimbang, harus bagaimana ini?

Aku mencari informasi lowongan pekerjaan paruh waktu di internet, tapi tetap tak menemukan yang sesuai dengan kemampuanku. Sampai akhirnya, aku menemukan informasi tentang pinjaman uang hanya melalui aplikasi.

‘Pas sekali, aku bisa menggunakannya untuk sementara waktu. Cicilannya bisa dibayar menggunakan gaji suamiku. Toh, dia mempercayakan semuanya padaku.’

Setelah kulihat-lihat, ternyata aplikasi itu hanya bisa memberiku pinjaman 5 juta saja. Aku pun mencari aplikasi lain, lalu menemukan yang memberikan limit sebanyak 8 juta. Akhirnya, aku memutuskan untuk meminjam dari total 6 aplikasi, dengan tenggat waktu ada yang 2 tahun, ada yang 3 tahun.

Pikirku, tak apa! Cukup kok dari gaji suamiku.

Aku tak ambil pusing lagi, benar saja, dalam waktu 5 menit uang-uang itu masuk ke rekeningku. Total pinjaman 58 juta, tapi yang aku terima hanya 52 juta, karena harus dipotong biaya admin. Tak apa! Aku masih berpikir bisa membayarnya, pada saat itu. Empat puluh juta untuk bayar kepada suamiku, dan yang 18 juta untuk cicilan 3 bulan pertama. Untuk bulan berikutnya, aku bisa menyimpannya dari gaji suamiku dari bulan ini.

Semuanya masih berjalan lancar selama 4 bulan pertama, sampai bulan ke 5, semua tak lagi sesuai rencanaku.

“Yang, hari ini aku di-anjing-anjingin sama orang di telepon. Dia bilangnya mau nagih utang atas nama kamu. Kamu punya utang di mana?” Tanya suamiku, saat ia baru saja pulang kerja.

Aku masih bisa aja cari alasan, “Salah sambung kali, sekarang kan yang pinjol-pinjol gitu lagi marak di mana-mana. Mungkin, ada yang kebetulan namanya sama kayak aku.”

Suamiku tak menghiraukannya. Aktingku terlalu bagus dan rapi, ia tak mencurigaiku sedikit pun.

Pada saat ini, aku mulai memutar otak, bagaimana harus membayar cicilan ini. Aku mulai menghubungi teman-temanku.

Dan di sinilah, istilah gali lubang tutup lubang dimulai. Sampai akhirnya, 2 bulan kemudian, suamiku menggertakku.

“Ceritain semuanya! Ini apa-apaan? Kurangnya aku ke kamu gimana? Kenapa banyak yang telepon nagih utang ke aku? Kenapa aku gak tau?” Bentak suamiku.

“Maafin aku Mas.” Aku hanya bisa meminta maaf padanya.

“Dasar gak tau diuntung! Aku itung-itung dari yang telepon aku aja udah sekitar 175 juta, apa kabar yang gak nelepon? Siapa lagi yang kamu pinjem uangnya, Ina!!” Amarah suamiku tak terbendung lagi.

Puncaknya terjadi saat seminggu yang lalu, iya seminggu lalu sebelum hari ini aku di sini. Mobil polisi terparkir di rumahku, ada 3 orang polisi turun dari mobil itu dan menggedor rumahku. Mereka, menunjukkan surat tugas penangkapan atas nama diriku, atas tuduhan penipuan dan penggelapan uang.

Ya Tuhan, habis sudah riwayatku.

Aku pasrah, hanya bisa mengikuti mereka, setelah menitipkan anak semata wayangku, Rendi ke tetanggaku.

Dan hari ini, sambil menunggu proses persidangan, di balik jeruji besi yang dingin ini, aku menerima kunjungan dari Anton, calon mantan suamiku.

“Dengan datangnya saya ke sini, saya jatuhkan talak saya, aset bersama sedang proses dijual, setelah dibagi dua, maka akan dipotong dengan nominal utangmu. Sisanya, aku simpan di deposito untuk bekalmu saat keluar dari penjara nanti. Dan Rendi, Rendi ikut denganku. Semoga, kamu menjadi manusia yang lebih baik.”

Hancur hatiku. Orang tua, teman-temanku, bahkan termasuk suamiku sudah muak padaku. Karena keserakahanku, mereka semua terseret akibat dari kesalahan fatalku ini.

END

Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)   

Rate cerita ini yuk Kak!

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Malapetaka

Malapetaka

Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!! ((PLEASE KLIK SALAH SATU IKLANNYA YA KAKAK, SEBAGAI PENGGANTI KOIN, AGAR AWNOVEL BISA TERUS BERKEMBANG, LAFYUU :*))

Namaku, Ina. Namun, pada saat ini, orang-orang memanggilku "Si bangsat".

Ada cerita yang tak begitu panjang, dibalik julukan ini. Sebelum bercerita lebih lanjut, aku ingin memberi tahu kalian semua, ambil hikmah dari ceritaku ini. Tolong, jaga ego kalian, jangan sampai sama sepertiku. Menyakitkan, berakhir hidup sendiri, tanpa orang tua, suami, apalagi anak.

Baik, semua berawal dari 2 tahun yang lalu. Benar kata pepatah, sebesar apapun rezeki yang kita dapat, tak akan pernah terasa cukup jika kita tidak mensyukurinya. Suamiku, Anton, bekerja sebagai akuntan di sebuat perusahaan terkenal. Untuk ukuran baru berumur 30 tahun, dia sudah terbilang memiliki gaji yang menjanjikan. Sekitar, 15 juta gaji perbulannya. Walaupun aku tidak bekerja, tetapi, gaji itu sudah cukup untuk menanggung beban hidupku, suami dan anakku. Soal rumah dan kendaraan tak masalah, sebelum menikah, suamiku sudah memilikinya.

"Sist, katanya lagi ada diskon tas ya di mal?"

"Sist, beli ini yuk."

"Sist, beli barengan yuk, biar dapet potongan!"

Salahku, bergaul dengan orang yang salah. Bergaul dengan ibu-ibu arisan yang sangat suka belanja.

Sekali, dua kali, tiga kali, semuanya masih bisa tercukupi dengan gaji suamiku. Suamiku selalu memberika semua gajinya padaku, dan ia pun membebaskan aku untuk membeli apapun juga, selagi bermanfaat. Namun, tidak dengan kali ini.

"Tabungan kita berkurangnya sampe 40 juta loh, kamu pake apa? Kan aku bilang, tabungan darurat gak boleh dipake kalau gak ada hal urgent. Emang gajiku gak cukup yang?" Tanya suamiku.

Aku hanya bisa tertunduk. Uang 40 juta itu, aku gunakan untuk membeli tas branded limited edition bulan lalu. Aku malu! Tiap kali arisan, teman-temanku menggunakan tas branded, sedangkan aku? Hanya tas lokal biasa saja.

"Jawab aku! Dipake apa? Kalau penting, bilang sama aku." Suamiku terus menggertakku.

Jawabanku berikutnya, adalah masa-masa di mana malapetaka di hidupku dimulai.

"Bu Lastri," jawabku penuh keraguan.

"Ada apa sama bu Lastri?" Tanya suamiku.

"Bu Lastri, umh, harus nolongin adeknya untuk biaya operasi, sedangkan, umh, deposito dia baru bisa cair bulan depan. Jadi, mau pinjem dulu sama kita. Aku baru mau bilang, kamu keburu nanyain." Ucapku.

"Gak mungkinlah, bu Lastri kan istri direktur, 40 juta itu receh buat dia." Suamiku mulai curiga padaku.

Alasan ini memang kurang masuk akal, tetapi, untungnya aku masih menyimpan resi transfer uang itu ke rekening bu Lastri. Aku membeli tas itu melalui bu Lastri.

"Mas, ini nih buktinya. Masa sih aku bohong sama kamu!"

Aku sangat bersyukur, aku bisa bernapas lega walau sebentar. Suamiku tak menanyaiku lagi.

Aku mulai memikirkan cara bagaimana harus mengembalikan uang itu. Karena gaji suamiku, sudah dipakai untuk membayar utang yang tak diketahui oleh suamiku sebanyak 5 juta per bulan selama 10 bulan. Aku mulai bimbang, harus bagaimana ini?

Aku mencari informasi lowongan pekerjaan paruh waktu di internet, tapi tetap tak menemukan yang sesuai dengan kemampuanku. Sampai akhirnya, aku menemukan informasi tentang pinjaman uang hanya melalui aplikasi.

'Pas sekali, aku bisa menggunakannya untuk sementara waktu. Cicilannya bisa dibayar menggunakan gaji suamiku. Toh, dia mempercayakan semuanya padaku.'

Setelah kulihat-lihat, ternyata aplikasi itu hanya bisa memberiku pinjaman 5 juta saja. Aku pun mencari aplikasi lain, lalu menemukan yang memberikan limit sebanyak 8 juta. Akhirnya, aku memutuskan untuk meminjam dari total 6 aplikasi, dengan tenggat waktu ada yang 2 tahun, ada yang 3 tahun.

Pikirku, tak apa! Cukup kok dari gaji suamiku.

Aku tak ambil pusing lagi, benar saja, dalam waktu 5 menit uang-uang itu masuk ke rekeningku. Total pinjaman 58 juta, tapi yang aku terima hanya 52 juta, karena harus dipotong biaya admin. Tak apa! Aku masih berpikir bisa membayarnya, pada saat itu. Empat puluh juta untuk bayar kepada suamiku, dan yang 18 juta untuk cicilan 3 bulan pertama. Untuk bulan berikutnya, aku bisa menyimpannya dari gaji suamiku dari bulan ini.

Semuanya masih berjalan lancar selama 4 bulan pertama, sampai bulan ke 5, semua tak lagi sesuai rencanaku.

"Yang, hari ini aku di-anjing-anjingin sama orang di telepon. Dia bilangnya mau nagih utang atas nama kamu. Kamu punya utang di mana?" Tanya suamiku, saat ia baru saja pulang kerja.

Aku masih bisa aja cari alasan, "Salah sambung kali, sekarang kan yang pinjol-pinjol gitu lagi marak di mana-mana. Mungkin, ada yang kebetulan namanya sama kayak aku."

Suamiku tak menghiraukannya. Aktingku terlalu bagus dan rapi, ia tak mencurigaiku sedikit pun.

Pada saat ini, aku mulai memutar otak, bagaimana harus membayar cicilan ini. Aku mulai menghubungi teman-temanku.

Dan di sinilah, istilah gali lubang tutup lubang dimulai. Sampai akhirnya, 2 bulan kemudian, suamiku menggertakku.

"Ceritain semuanya! Ini apa-apaan? Kurangnya aku ke kamu gimana? Kenapa banyak yang telepon nagih utang ke aku? Kenapa aku gak tau?" Bentak suamiku.

"Maafin aku Mas." Aku hanya bisa meminta maaf padanya.

"Dasar gak tau diuntung! Aku itung-itung dari yang telepon aku aja udah sekitar 175 juta, apa kabar yang gak nelepon? Siapa lagi yang kamu pinjem uangnya, Ina!!" Amarah suamiku tak terbendung lagi.

Puncaknya terjadi saat seminggu yang lalu, iya seminggu lalu sebelum hari ini aku di sini. Mobil polisi terparkir di rumahku, ada 3 orang polisi turun dari mobil itu dan menggedor rumahku. Mereka, menunjukkan surat tugas penangkapan atas nama diriku, atas tuduhan penipuan dan penggelapan uang.

Ya Tuhan, habis sudah riwayatku.

Aku pasrah, hanya bisa mengikuti mereka, setelah menitipkan anak semata wayangku, Rendi ke tetanggaku.

Dan hari ini, sambil menunggu proses persidangan, di balik jeruji besi yang dingin ini, aku menerima kunjungan dari Anton, calon mantan suamiku.

"Dengan datangnya saya ke sini, saya jatuhkan talak saya, aset bersama sedang proses dijual, setelah dibagi dua, maka akan dipotong dengan nominal utangmu. Sisanya, aku simpan di deposito untuk bekalmu saat keluar dari penjara nanti. Dan Rendi, Rendi ikut denganku. Semoga, kamu menjadi manusia yang lebih baik."

Hancur hatiku. Orang tua, teman-temanku, bahkan termasuk suamiku sudah muak padaku. Karena keserakahanku, mereka semua terseret akibat dari kesalahan fatalku ini.

END

Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)   

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Plugin Kapsule Corp

Options

not work with dark mode
Reset
Part of PT. King Alin Jaya