Cerpen By Lyn
#Psikopat
#18+
Aku selalu mencintainya. Dia, laki-laki yang sudah bersamaku selama 8 bulanan terakhir ini. Dyo namanya.
Walaupun banyak sekali orang-orang yang mengatakan kalau Dyo tidak baik, namun di mataku dia tetaplah laki-laki paling baik. Ya, mungkin cintaku kepadanya memang sedalam itu.
Namaku Selly. Saat ini, aku ingin menceritakan kilas balik tentang hubunganku dengan Dyo. Perjalanan cinta kami yang mengantarkanku bisa ada di sisinya, untuk selama-lamanya. Tetapi, sebelum aku mulai ceritanya, aku ingin meminta kalian semua untuk menahan diri untuk tidak mencibirku, jika ada bagian kisahku yang tidak mengenakan. Namanya juga hubungan, tidak ada sesuatu yang benar-benar berjalan mulus tanpa ada rintangan.
Tepatnya bulan September tahun lalu, sekolahku kedatangan murid baru. Agak aneh sebenarnya, kelas 3 SMA pindah sekolah, padahal sudah hampir lulus. Murid baru itu bernama Dyo, ya, Dyo yang menjadi pacarku. Dyo memiliki tubuh yang tinggi, kurang lebih 178 cm, dengan otot yang berbentuk namun tak besar.
Dyo sangat pendiam, saking pendiamnya sampai tak punya teman ngobrol, padahal sudah satu bulan berlalu berada di kelasku. Tingkahnya membuatku penasaran, kenapa laki-laki setampan dia bisa begitu dingin dan pendiam. Sampai suatu hari tiba, aku mencegatnya di gerbang sekolah.
“Hei, Dyo,” sapaku.
Tak disangka, Dyo meresponsku, “Iya?”
“Langsung pulang nih? Besok Sabtu lho ….”
Dyo menggaruk kepalanya, “Umm … Ya, mau kemana lagi?”
“Ada cafe yang baru buka di mall X ….” Belum sempat menyelesaikan kata-kataku, Dyo segera memotong pembicaraanku, “Why not?”
Entah apa yang ada di pikiran Dyo. Ternyata, dia tak sedingin kelihatannya. Ia bahkan sampai mencoba untuk bergurau, walaupun terdengar sangat kaku.
Saat kami sedang menikmati minuman yang baru saja kami beli, Dyo bertanya, “Kenapa ajak aku? Gak ajak yang lain?”
“Aku mau kenal kamu lebih dalam lagi. Lagian kamu pendiem sih, aku jadi penasaran.” Ucapku.
“Aku cuma tertutup aja, bukan pendiem banget haha.” Ucap Dyo.
Sejak saat itu, kami resmi sering main bersama.
Dua bulan setelah hari itu, aku diajak main ke rumah Dyo. Ternyata, dia hanya tinggal bersama ibunya. Akan tetapi, ia lebih sering menghabiskan waktunya sendiri, karena ibunya sangat sibuk bekerja.
Sesampainya di rumahnya, tepatnya di ruang tamu, Dyo tiba-tiba berkata padaku, “Selly, jadi pacar aku mau? Kita sama-sama berjuang bersama bangun masa depan kita,” Dyo terdiam beberapa saat, lalu melanjutkan, “aku tahu ini terlalu cepat, tapi ….”
“Ya! Aku mau jadi pacar kamu!” Ucapku langsung memotongnya.
Dua minggu berlalu, rasanya senang sekali bisa memiliki pacar seperti Dyo. Tampan, dingin kepada perempuan lain, tapi sangat hangat dan manja kepadaku.
Sampai suatu hari, aku diajak lagi ke rumahnya. Dan kali ini, sesuatu yang tak terduga pun terjadi.
“Aku sayang kamu.” ucap Dyo.
“Akh ….”
Dyo mengecup bibirku. Tak hanya mengecup bibirku, dia juga mulai mengikat tanganku.
Aku menendang Dyo dengan kakiku. Aku sangat panit pada saat itu, sama sekali tak mengerti apa yang ingin dilakukan oleh Dyo.
“DYO JANGAN KASAR!” Aku berteriak.
“Kamu sayang aku kan? Please. Demi aku, please, semakin berontak, aku semakin kepancing!”
Setelah mendengar ucapannya, tak tahu mantra apa yang sudah merasuki telingaku, aku hanya bisa mengangguk, pasrah membiarkan Dyo mengikat tubuhku, membiarkannya mulai menggerayami tubuhku.
“Dyo, aku belum pernah lakuin hal ini sebelumnya sama orang lain. Janji, jangan pernah tinggalin aku ya?” Ucapku sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhku.
Aneh sekali, Dyo malah menangis mendengar ucapanku.
“Maafin aku ya. Maaf aku kasar, tapi …. Aku gak bisa ngelakuin hal ini tanpa …”
“Fetish? Mungkin ini yang disebut orang-orang sebagai fetish orang-orang berbeda-beda.” Tanyaku.
“Ya bisa dibilang gitu. Maafin aku ya, kalau kamu gak suka, aku bakal kurang-kurangi sikapku yang kayak gini.”
***
Tak terasa, hubunganku sudah menginjak waktu ke 6 bulan. Hari ini adalah hari terakhir kami belajar di sekolah. Ujian nasional sudah selesai diselenggarakan.
Tak ada kegiatan lagi, hanya mempersiapkan pendaftaran perkuliahan. Intensitas hubunganku dengan Dyo pun semakin meningkat. Sampai sesuatu yang tak kami duga pun terjadi. Aku telat datang bulan.
“Beliin test pack!” ucapku pada Dyo.
Dyo dengan pasrah membeli test pack untukku. Saat aku lihat, benar saja. Dua garis merah terlihat jelas di test pack itu. Hancur sekali hatiku, entah apa yang harus aku perbuat.
“Aku bakal tanggung jawab sama hidup kamu. Gak perlu khawatir ya sayang?” Dyo mencoba untuk menenangkanku.
Namun, apa yang terjadi selanjutnya, benar-benar di luar dugaan.
Dyo mengambil air minumnya, lalu mulai menciumku. Namun, air minum yang ada di mulutnya langsung masuk ke mulutku.
“For the last time in our life. Aku udah nunggu saat-saat ini dari dulu, aku mau hidup abadi sama kamu.” Bisik Dyo.
Ternyata, air yang diminum Dyo adalah air larutan racun yang sudah ia racik selagi aku menguji test pack itu. Lima belas menit berlalu, aku mulai merasakan reaksi racun itu dalam tubuhku. Seluruh tubuhku sakit. Aku hanya bisa memeluk Dyo, karena pada saat itu, aku belum mengetahui apa isi dari air itu.
“Dyo, badanku sakit sekali.”
“Peluk aku, tahan ya …”
END