Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!! ((PLEASE KLIK SALAH SATU IKLANNYA YA KAKAK, SEBAGAI PENGGANTI KOIN, AGAR AWNOVEL BISA TERUS BERKEMBANG, LAFYUU :*))
Cerpen by Ulfa
Mungkin tidak akan ada yang tahu, lukanya masih ada dan saya masih berharap untuk itu. Saya tidak tahu berapa lama, tetapi saya sudah mencoba untuk melupakannya tetapi tetap tidak berhasil. Sekarang, saya hanya meratapi diri saya sendiri.
Setengah tahun yang lalu, di kantin sepulang kerja, sore itu hujan deras mengguyur tanah yang merindukan guyuran air. Pada akhir musim panas ini jiwa saya disambar petir ketika dokter memvonis saya terkena leukima. Hari-hari tidak seindah dulu. Hanya awan hitam yang selalu menemaniku.
“Hei” seseorang menepuk pundakku untuk membangunkanku dalam lamunan
“Oh kamu Sena”
“Ambil saja. Apa yang kamu pikirkan? Aku melihat kamu terlihat suram dan lemah belakangan ini. Kenapa?” tanya kolega saya yang seperti teman sambil duduk di seberang meja tempat saya duduk dan memesan teh hangat untuk menghangatkan tubuh saya.
Saya belum memberi tahu siapa pun tentang penyakit saya dan saya berusaha senormal mungkin dengan kolega saya di lembaga pendidikan. Tapi sepertinya temanku yang satu ini sedikit berbeda, dia sepertinya mulai mencium sesuatu yang berbeda tentangku.
“Tidak ada apa-apa, hanya menunggu hujan reda.” Saya menjawab seperlunya.
“Apakah kamu memikirkan Fandy lagi?” dia mencoba menebak apa yang saya pikirkan.
Banyak hal tidak menyenangkan terjadi pada saya belakangan ini. Mulai dari ditinggal nikah sama pacar sendiri, Fandy, sampai divonis leukmia. Seringkali saya menangis sendirian di kamar kost tetapi itu tidak akan menyelesaikan masalah.
“Hei, melamun lagi”
“Saya mengidap leukemia” tanpa disadari kata-kata itu keluar begitu saja tanpa rem. Meskipun saya tidak ingin memberi tahu siapa pun.
Setelah mendengar jawabannya, ada wajah terkejut dari sahabatku. Memang, dialah satu-satunya yang selalu peduli padaku dan entah kenapa aku selalu bisa membicarakan apapun padanya.
Dia hanya terdiam sejenak lalu berkata “Aku akan mengantarmu pulang, kamu terlihat pucat” Dia mengambil motor sportnya dan mengantarku pulang karena hujan sudah berhenti.
Lima bulan telah berlalu sejak kejadian di kafetaria. Sena semakin mengkhawatirkanku dan situasiku semakin parah. Rambut saya mulai rontok, dan saya tidak punya uang untuk operasi, saya hanya memperlambat perkembangan penyakit dengan obat.
Kebaikan Sena ternyata karena dia menyukaiku, bukan urusan teman biasa.
Beberapa hari yang lalu Sena melamarku dengan sangat cantik. Di sebuah restoran mewah sambil memberikan cincin cantik dia ingin menikah denganku, tapi aku menolak karena aku kasihan padanya jika dia menikah dengan penyakit seperti aku. Ada rasa bersalah di sana tapi aku akan merasa lebih bersalah jika aku membiarkan dia menikah dengan orang sepertiku.
Setelah penolakan itu, kebaikan Sena masih tidak berubah, bahkan membuatku semakin mencintainya. Sampai dua minggu yang lalu Sena mendanai operasi saya dan dia mengatakan seseorang bersedia menyumbangkan sumsum tulang belakang untuk saya. Saya hanya bisa menangis. Aku malu. Saya sedih saya merasa bersalah untuknya.
Setelah operasi seminggu lalu, kantin tempat kerja. Kenangan mulai kembali. Hatiku gemetar Meski sudah tiada, dia akan tetap ada di hatiku dan akan terus menemani hariku di tubuhku. Tak terasa air mata mulai mencair memikirkan kembali tentang bahtera yang ingin kita seberangi bersama, tetapi sekarang bahtera tersebut telah hancur, terbalik, terbawa dan hancur.
END
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)