Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!!
“Liat deh, ganteng gak sih?” tanya Lastri secara tiba-tiba.
Dilla yang sedang melamun, seketika langsung tersadar, “Ish kagetin mulu lu ah. Cowo mana lagi zeyeng?” tanya Dilla.
Karin hanya tersenyum dan merespons singkat, “Biasa, main binder dia hahaha.”
Dilla tiba-tiba teringat pada Kenzo. Apakah Kenzo masih memainkan aplikasi itu?
Lastri segera menunjukkan layar ponselnya, pria yang ditunjukkan oleh Lastri itu bukan Kenzo. Dilla hanya tersenyum ringan dan menjawab, “Cakep kok cakep, udah ajak main udah hahaha.”
“Ngomong-ngomong main, udah lama banget ya kita gak dugem.” ucap Karin.
Lastri menjawab, “Kita baru sebulan, yang udah lama banget itu Dilla,” Lastri menoleh pada Dilla, “Dill, lu kelewat sibuk atau gimana sih, nyari hiburan ngga, nyari pacar enggak, aduh please.”
Dilla menjawab mereka, “Aduh, males banget gue gitu-gituan. Sekarang lagi seneng banget me time hehe.”
“Malam minggu nanti kita ke XClub ya! Dilla wajib ikut!” ucap Karin.
“Fix!” Lastri segera menyahut.
***
Malam ini, setelah mengantar Lastri dan Karin ke apartemen mereka, Dilla pergi sendirian ke salah satu club yang tak jauh dari apartemennya. Bukan untuk bersenang-senang, Dilla hanya ingin melepas penatnya.
Entah sudah berapa lama seperti ini, yang pasti, Dilla sangat menikmati kesendiriannya. Sejak ibunya meninggal dulu, rasanya, kehidupan Dilla terasa sudah mati sebagian. Bukan rasa sedih lagi yang menutupi hati Dilla, melainkan rasa sepi yang tak bisa lagi diusir dari hatinya.
Dilla sering pergi ke club ini sendirian, hanya untuk menikmati musik dan alkohol yang bisa meredakan rasa sunyi di hatinya. Dengan pembawaan dan aura Dilla yang dingin, tak ada seorang pun yang sampai berani macam-macam dengan Dilla. Dilla tak pernah sampai mabuk berat saat sedang menikmati minumannya. Oleh karena ini juga, ia tak pernah menerima hal yang tak diinginkan saat pergi sendirian seperti ini.
Namun, berbeda dengan malam ini. Rasanya, Dilla ingin sekali minum agak banyak. Dilla ingin sekali membuat dirinya merasa lebih relaks.
Setelah memesan minuman dan duduk di meja bar, Dilla segera mengeluarkan ponselnya untuk melihat-lihat sosial medianya.
Waktu berlalu, tak terasa, Dilla sudah merasakan kepalanya mulai pening. Pada saat ini juga, tiba-tiba datanglah tiga orang laki-laki yang berpakaian serba hitam. Dilla merasa heran, efek minuman yang ia minum tak seperti biasanya. Rasanya sangat pusing sekali, tak lama kemudian, Dilla mulai kehilangan kesadarannya. Ia hanya mendengarkan samar-samar, “Pas yang ini, oke nih.”
Kesadaran Dilla pun hilang sepenuhnya.
***
Tiga hari berlalu, keberadaan Dilla hilang. Kabar hilangnya Dilla sudah tersebar ke seluruh sosial media. Ayah Dilla yang tinggal di Singapura saja langsung kembali ke Indonesia setelah mendengar kabar hilangnya putri semata wayangnya.
“Kasus ini sedang dalam penyelidikan, untuk semua masyarakat, dimohon untuk tenang dan tidak melakukan spekulasi yang sembarangan. Kami, pihak kepolisian sedang berusaha yang terbaik untuk menyelidiki kasus ini.”
Pihak kepolisian membuat konferensi pers, setelah ramainya perbincangan tentang Dilla yang menghilang setelah masuk ke salah satu club, tetapi kepergiannya dari club itu tak terekam di cctv.
Gedung Awnov
“Dilla di mana ya, sedih banget gue. Apa iya Dilla sering pergi sendirian ke club karena ada beban pikiran yang gak bisa diceritain ke kita.” ucap Lastri.
Karin yang terus menangis, menyeka air matanya, “Gue berasa gagal jadi temen, kenapa selama ini gak peka kalau Dilla lagi gak baik-baik aja, sampe pergi mabok-mabokan sendirian kayak gitu.”
Sesaat kemudian, Stefan, manajer umum PT. Awnov mengirimkan broadcast pesan ke semua karyawan untuk berkumpul di aula kantor. Karin dan Lastri juga segera pergi ke aula untuk berkumpul di sana.
Setelah semua karyawan berkumpul, Hendra memulai pertemuan ini.
“Selamat siang menjelang sore, rekan-rekan tercinta saya. Saya di sini tak ingin bertele-tele. Kita semua tahu perihal hilangnya Dilla, salah satu rekan kita, keluarga kita. Oleh karena itu, saya mengumpulkan kalian semua di sini, untuk berdoa, berdoa agar Dilla bisa secepatnya kembali bersama kita di sini. Untuk itu, mari kita tundukkan kepala kita sejenak, berdoa sesuai kepercayaan masing-masing. Doa dimulai.”
Dilla memiliki kepribadian yang baik, tak heran banyak orang yang menangisi menghilangnya kabar Dilla.
Kediaman Kenzo
“Dilla, bangun cantik ….” Kenzo mengelus pipi Dilla dengan punggung tangannya.
Air mata Dilla mengalir, namun tubuhnya masih tak kunjung sadar.
Bersambung….
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)