“Tuan Edward, hukum saja aku. Nona Alisa tidak salah, akulah yang salah karena memaksanya untuk kupeluk. Aku yang tidak tahan melihat kecantikan Nona Alisa.” Ucap Freddy sambil bersujud.
Alisa terhenyak begitu melihat reaksi Freddy saat melihat kedatangan Edward. Jelas-jelas dirinyalah yang memaksa Freddy untuk diam saat dipeluknya, tapi begitu Edward datang, ia malah mengorbankan dirinya.
“Edward, aku rela menikah denganmu asalkan kamu tidak macam-macam kepada Freddy. Aku mohon, ini semua salahku. Freddy tidak salah apa-apa.” Ucap Alisa.
“Cepat pulang sekarang juga. Kedepannya tidak ada lagi latihan piano untukmu. Aku ini calon suamimu, kamu harus menuruti segala permintaanku.” Ucap Edward, sambil menarik lengan Alisa dengan kasar.
Freddy yang sejak dari tadi terus bersujud di hadapan Edward, mulai duduk dan melihat kepergian Alisa dengan Edward. Begitu mendengar Alisa mengatakan rela menikah dengan Edward, hati Freddy seakan-akan ditusuk oleh 1000 belati. Tahun ini Alisa berusia 21 tahun, sedangkan Freddy berusia 38 tahun, usianya 5 tahun lebih tua daripada Edward. Tapi sial nasibnya sangat berbanding terbalik dengan Edward yang dilahirkan dari keluarga pejabat negara. Freddy dilahirkan di keluarga yang berada di garis bawah kemiskinan. Ayahnya meninggal saat sedang bekerja di tambang emas. Dan ibunya bekerja di sebuah bar menjadi wanita penghibur. Freddy lebih banyak menghabiskan waktunya bersama neneknya. Walaupun terlahir di keluarga yang miskin, masih baik Freddy terlahir dengan talenta yang luar biasa. Freddy sangat pandai memainkan piano dan saxophone. Saat berusia 12 tahun, Freddy seseorang di sekolah ini sedang memainkan piano. Freddy sangat terkesima, namun apa daya dia hanyalah seorang miskin, jangankan untuk mengikuti kelas piano, untuk makan saja sangat sulit. Seseorang yang merupakan guru di sekolah tersebut yang sedang bermain piano, sedikit iba begitu melihat Freddy. guru tersebut langsung mengajak Freddy yang saat itu sangat kecil masuk ke dalam kelas. Yang membuat guru tersebut takjub adalah, setelah guru tersebut memainkan sebuah instrumen, Freddy yang tak pernah belajar bagaimana cara memainkan piano bisa mengikutinya dengan baik. Oleh karena itu, guru tersebut mulai mengurus Freddy, mendidiknya agar bisa menjadi penerusnya di sekolah ini.
Freddy sudah mengenal Alisa sejak Alisa berusia 10 tahun. Alisa mulai berlatih piano sejak umurnya menginjak 10 tahun. Freddy sudah sering mengajarkan piano kepada para anak bangsawan. Hampir semua sikap mereka itu sama, kurang lebihnya sangat arogan dan sombong. Tapi tidak dengan Alisa. Seiring berjalannya waktu, Freddy semakin merasa Alisa itu istimewa. Namun, Freddy tak pernah sampai hati mengakui dirinya jatuh cinta kepada Alisa. Freddy sangat sadar diri akan statusnya.
“Ya Tuhan… Apa yang harus aku perbuat.. Aku ingin sekali hidup bersama orang yang aku cintai. Tidak hidup bersama orang yang aku cintai pun tahu apa sebenarnya, yang paling penting dia bahagia. Tapi kenapa ya Tuhan, nasib pujaan hatiku sangat nelangsa. Walaupun aku tidak memiliki kekayaan, tapi kerja keras ku cukup untuk membahagiakannya.” Ucap Freddy sambil menangis.
Sesampainya di rumah, Alisa langsung dimarahi oleh Edward. Ayahnya yang sudah tertidur lelap karena alkohol yang diminumnya terlalu banyak, tidak begitu mendengar suara teriakan Edward. Alisa yang tidak tahan dengan makian Edward, langsung berlari ke lantai atas. Edward mengejar Alisa sampai ke kamarnya. Alisa terkejut begitu ia masuk ke dalam kamarnya, ternyata Edward pun mengikutinya.
Edward mulai melepaskan sabuknya. Dengan mata yang merah karena emosinya, ia berkata, “Jangan teriak. Anggap saja ini hukumanmu. Nona cantik, jiwa ragamu itu milikku. Tapi kenapa kamu malah seperti wanita jalang yang memeluk laki-laki lain sembarangan.”
“Edward, aku hanya ingin meluapkan rasa kesalku kepada Freddy. Aku memeluknya kan aku ingin menenangkan diriku. Jangan berani macam-macam padaku, atau kamu akan menanggung akibatnya.” Teriak Alisa.
“Apa akibatnya? Kamu tidak tahu aku lahir di keluarga apa? Jika kasus ini sampai ke pengadilan negara, sudah pasti akulah pemenangnya!” Ucapan Edward sambil tertawa.
“Sial, dasar bajingan!”
Dorr dor dorr
“Cepat buka pintunya! Atau pintu akan kami dobrak, lalu kami akan memanggangmu hidup-hidup!” Tiba-tiba suara pria dua atau tiga orang terdengar dari luar pintu kamar Alisa.
“Sial, siapa ini!” Edward murka, selama membetulkan posisi celananya, dia langsung membuka pintu kamar Alisa.
Ternyata ada tiga pengawal rumah Alisa yang naik ke lantai atas, setelah mendengar arahan dari Bibi Ana. Para pengawal itu langsung menarik Edward, dan memukulinya di lantai bawah.
Suara bising ini akhirnya terdengar oleh Gustav. Gustav yang masih setengah mabuk, bertanya, “Ada apa ini? Hentikan! Gila kalian! Berani-beraninya memukuli Edward, menantu ku.”
“Tuan, Edward sudah mencoba untuk memperkosa Nona Alisa. Banyak saksi mata yang melihatnya.” Ucap salah satu pengawal.
“Kalian bertiga pergi dari rumah ini. Edward menantuku tidak mungkin seperti itu.” Perintah Gustav.
Hal ini sudah terbayangkan oleh Alisa sebelumnya. Jam sudah menunjukkan jam 7 malam. Walaupun masih belum begitu larut, namun Alisa memutuskan untuk tidur lebih awal. Karena baginya, tidurlah yang bisa membuat dirinya lebih tenang.
Sebelum benar-benar tertidur, Alisa tiba-tiba memikirkan keadaan Freddy. Tanpa sadar dirinya mulai, apakah ini cinta? Tapi bagaimana mungkin cinta. Perbedaan umur dirinya dan Freddy terlampau jauh. Tapi bukankah umur hanyalah sebatas angka saja?
Saat sedang membayangkan sosok Freddy, guru kesayangannya, tiba-tiba Bibi Ana masuk membawakan susu dan kue untuk Alisa. Bibi Ana sangat terkejut, saat masuk ke dalam kamar Alisa, ia mendapati Alisa sedang senyum-senyum sendiri. Bibi Ana takut kejiwaan Alisa sudah mulai tergoncang.
“Nona, Bibi tahu ini pasti berat untuk Nona. Jangan dipikirkan. Jika mulai terpikirkan, carilah fokus lain, seperti membaca buku atau mendengarkan musik.” Ucap Bibi Ana, sambil membelai rambut halus Alisa.
“Bibi, aku ini tidak gila. Aku hanya sedang….” Ucapan bisa sambil tersenyum, dirinya seperti bingung bagaimana caranya untuk melanjutkan ucapannya ini.
“Sedang apa Non? Besok kita ke dokter ya.” Ucap Bibi Ana.
“Entahlah. Sebelumnya aku belum pernah jatuh cinta. Dan rasa yang sedang aku rasakan ini, apa mungkin ini cinta?” Tanya Alisa polos.
“Nona sudah dewasa ternyata. Rasanya baru kemarin, Bibi menggendong Non Alisa. Nona jatuh cinta kepada siapa?” Tanya Bibi Ana yang sangat penasaran.
“Rahasia!!! Nanti akan aku ceritakan jika aku bisa berhasil bersamanya. Aku mau tidur dulu ya Bi, selamat malam!” Ucap Alisa sambil tertawa.
Bibi Ana hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan kamar Alisa. Bibi Ana sangat bahagia begitu melihat Alisa tersenyum, entah jatuh cinta kepada siapa, yang pasti Bibi Ana sangat bahagia melihat Alisa seperti ini, walaupun Bibi Ana tahu, kemungkinan Alisa bisa lepas dari Edward sangatlah kecil.
*****
Bersambung…
Update setiap hari Senin ya teman-teman.
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)