Goodbye To The Old Me – Eps 10

0
(0)
Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!!

Edward mengangguk saat mendengarkan perintah dari calon ayah mertuanya ini, “Baik Yah. Ayah tenang saja. Serahkan semuanya padaku. Alisa hanya kelelahan saja paling. Aku pergi dulu ya.” Begitu selesai berbicara, Edward langsung berbalik dan pergi sambil menggendong Alisa. Tak ada yang menyadari, saat berbalik tadi, Edward menyeringai seolah puas semuanya berjalan sesuai dengan rencananya.

Edward langsung membawa Alisa ke dalam mobilnya. Alih-alih pergi ke vila yang ditunjuk oleh Gustav, Edward malah membawa Alisa ke hotel yang tak jauh dari aula pesta ini. Untungnya, daya tahan tubuh Alisa cenderung kuat. Ia tak sepenuhnya tak sadarkan diri karena obat yang ditaburkan ke dalam minuman Alisa tadi. Namun, Alisa sudah berusaha kuat untuk membuka matanya, namun hasilnya ia tetap tak bisa membuka matanya, seolah ada beban berat yang tergantung di kelopak mata Alisa.

Alisa samar-samar mendengar suara Edward dan seorang pria lainnya yang entah siapa. Alisa agak familier dengan suara ini, namun ia tidak tahu pasti siapa. Terdengar percakapan antara Edward dan pria itu, “Edward, pastikan semuanya aman. Jangan sampai menjadi masalah besar di kemudian hari nanti.” Pinta pria itu kepada Edward.

“Tenang saja, besok pagi sekali kamu pergi. Aku akan datang ke sini lagi besok pagi. Obat bius ini bertahan sampai enam jam. Kalau belum sampai enam jam dia sudah bangun, bekap lagi saja dengan sarung tangan ini, nanti taburkan saja obat bius yang kamu berikan kepadaku tadi.” Jawab Edward.

Mereka bertiga sampai di sebuah hotel yang sangat mewah. Tak banyak yang menginap di hotel ini. Edward langsung memesan kamar dengan atas namanya sendiri di resepsionis. Mereka bertiga pun langsung pergi ke kamar. Orang-orang di hotel ini, baik tamu lainnya ataupun pegawainya, tidak ada yang mencurigai gerak-gerik Edward dan Yosias. Baik Edward, Yosias ataupun Alisa, semuanya mengenakan pakaian yang rapi dan mahal. Pemandangan seperti ini sudah menjadi pemandangan sehari-hari mereka. Banyak orang-orang kaya memang memiliki kebiasaan seperti ini, banyak bermain-main, membawa wanita yang mereka pacari atau sewa ke hotel ini. Lagi pula, tidak ada yang berani juga mengusik para tamu di sini, semencurigakan apa pun mereka. Karena orang-orang di sini tahu, tamu di hotel ini kebanyakan berasal dari kalangan atas. Begitu mengusiknya, hidup mereka bisa dikatakan tamat riwayatnya.

Edward membuka pintu kamarnya. Yosias yang menggendong Alisa langsung masuk dan menidurkan Alisa di ranjang kamar hotel ini. Sebenarnya, Alisa sudah menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Ia bisa merasakan akan terjadi malapetaka yang akan menimpa dirinya.

“Edward bajingan, tega-teganya menjualku. Ya Tuhan, jika Engkau berkenan, tolong biarkan aku mati saja, jangan buat aku terbangun lagi.” Gumam Alisa dalam hatinya.

Alisa tetap tak bisa bangun. Alisa bisa merasakan kesadarannya sesekali, tapi dirinya tak kunjung bisa menggerakan tubuhnya. Semuanya terasa lemas, lemah tak berdaya.

“Yosias, jangan berbuat sesuatu yang berlebihan. Ingat, bagaimanapun Alisa adalah tunanganku. Jika sampai terjadi sesuatu pada Alisa, aku pasti akan dibunuh oleh tua bangka Gustav itu.” Ucap Edward.

Yosias tersenyum licik, ia mendorong Edward ke luar pintu sambil berkata, “Stt sudah sudah, tenang saja, aku hanya ingin mencumbuinya malam ini saja. Tidak akan terjadi apa pun padanya. Kamu tenang saja, datang ke sini lagi besok pagi ya. Sana pergi, ini bonus untukmu.” Yosias pun memberikan sekantung kepingan emas, lalu menutup pintu kamarnya.

Yosias yang sudah melakukan aktivitas seharian, merasa tubuhnya lengket karena berkeringat. Karena Alisa masih tertidur lelap, ia pun memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

“Beruntung sekali Edward bisa memilikimu, kamu cantik sekali, sayangnya bodoh, kenapa mau saja dengan Edward si bajingan itu.” Gumam Yosias, sambil memandangi wajah Alisa yang cantik. Tak jarang, sesekali ia mencium kening Alisa juga.

Setelah itu, Yosias pun pergi ke kamar mandi.

Lima belas menit berlalu, Yosias selesai mandi dan kembali ke kamar dengan hanya mengenakan handuk di pinggangnya. Bagian atas tubuhnya sudah telanjang menunjukkan dadanya yang bidang dan juga berbulu.

Tanpa diduga, Alisa pun berteriak, “Bajingan!”

Yosias tak langsung panik, ia tahu efek obat bius tadi shearusnya masih kuat. Yosias meminum anggur yang dia bawa dari pesta tadi. Ia tersenyum melihat Alisa yang tampak makin seksi saat mencoba memberontak seperti tadi.

Yosias yang tak tahan lagi melihat kemolekan Alisa langsung menghampiri Alisa dan memeluknya. Alisa terlihat sangat gelisah, ia sangat ingin memberontak, tetapi tubuhnya masih belum bisa ia gerakan.

Yosias mulai menciumi wajah dan leher Alisa. Ia juga mulai melucuti gaun Alisa.  Namun, tidak lama kemudian terdengar ketukan pintu.

“Sial, siapa, tolong jangan ganggu, aku mau beristirahat!” Teriak Yosias.

Lalu, terdengar suara yang sangat familier di telinga Alisa, “Tuan, mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Saya salah satu staf hotel ini, tadi saya mendapat laporan hewan peliharaan dari kamar di sebelah Tuan kabur. Dan hewan itu adalah, laba-laba beracun.”

Yosias terperanjat, ia paling takut pada laba-laba. Ia langsung berlari mencari pakaiannya. Yosias langsung membuka pintu kamarnya hanya dengan mengenakan kaos dan celana dalamnya saja. Namun, hal yang tak diduga pun terjadi. Yosias yang sedari tadi panik takut akan laba-laba langsung terdiam begitu membuka pintu kamarnya.

Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)  

Episode 9Episode 11

Rate cerita ini yuk Kak!

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Goodbye To The Old Me – Eps 10

Goodbye To The Old Me – Eps 10

Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!!

Edward mengangguk saat mendengarkan perintah dari calon ayah mertuanya ini, “Baik Yah. Ayah tenang saja. Serahkan semuanya padaku. Alisa hanya kelelahan saja paling. Aku pergi dulu ya.” Begitu selesai berbicara, Edward langsung berbalik dan pergi sambil menggendong Alisa. Tak ada yang menyadari, saat berbalik tadi, Edward menyeringai seolah puas semuanya berjalan sesuai dengan rencananya.

Edward langsung membawa Alisa ke dalam mobilnya. Alih-alih pergi ke vila yang ditunjuk oleh Gustav, Edward malah membawa Alisa ke hotel yang tak jauh dari aula pesta ini. Untungnya, daya tahan tubuh Alisa cenderung kuat. Ia tak sepenuhnya tak sadarkan diri karena obat yang ditaburkan ke dalam minuman Alisa tadi. Namun, Alisa sudah berusaha kuat untuk membuka matanya, namun hasilnya ia tetap tak bisa membuka matanya, seolah ada beban berat yang tergantung di kelopak mata Alisa.

Alisa samar-samar mendengar suara Edward dan seorang pria lainnya yang entah siapa. Alisa agak familier dengan suara ini, namun ia tidak tahu pasti siapa. Terdengar percakapan antara Edward dan pria itu, “Edward, pastikan semuanya aman. Jangan sampai menjadi masalah besar di kemudian hari nanti.” Pinta pria itu kepada Edward.

“Tenang saja, besok pagi sekali kamu pergi. Aku akan datang ke sini lagi besok pagi. Obat bius ini bertahan sampai enam jam. Kalau belum sampai enam jam dia sudah bangun, bekap lagi saja dengan sarung tangan ini, nanti taburkan saja obat bius yang kamu berikan kepadaku tadi.” Jawab Edward.

Mereka bertiga sampai di sebuah hotel yang sangat mewah. Tak banyak yang menginap di hotel ini. Edward langsung memesan kamar dengan atas namanya sendiri di resepsionis. Mereka bertiga pun langsung pergi ke kamar. Orang-orang di hotel ini, baik tamu lainnya ataupun pegawainya, tidak ada yang mencurigai gerak-gerik Edward dan Yosias. Baik Edward, Yosias ataupun Alisa, semuanya mengenakan pakaian yang rapi dan mahal. Pemandangan seperti ini sudah menjadi pemandangan sehari-hari mereka. Banyak orang-orang kaya memang memiliki kebiasaan seperti ini, banyak bermain-main, membawa wanita yang mereka pacari atau sewa ke hotel ini. Lagi pula, tidak ada yang berani juga mengusik para tamu di sini, semencurigakan apa pun mereka. Karena orang-orang di sini tahu, tamu di hotel ini kebanyakan berasal dari kalangan atas. Begitu mengusiknya, hidup mereka bisa dikatakan tamat riwayatnya.

Edward membuka pintu kamarnya. Yosias yang menggendong Alisa langsung masuk dan menidurkan Alisa di ranjang kamar hotel ini. Sebenarnya, Alisa sudah menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Ia bisa merasakan akan terjadi malapetaka yang akan menimpa dirinya.

“Edward bajingan, tega-teganya menjualku. Ya Tuhan, jika Engkau berkenan, tolong biarkan aku mati saja, jangan buat aku terbangun lagi.” Gumam Alisa dalam hatinya.

Alisa tetap tak bisa bangun. Alisa bisa merasakan kesadarannya sesekali, tapi dirinya tak kunjung bisa menggerakan tubuhnya. Semuanya terasa lemas, lemah tak berdaya.

“Yosias, jangan berbuat sesuatu yang berlebihan. Ingat, bagaimanapun Alisa adalah tunanganku. Jika sampai terjadi sesuatu pada Alisa, aku pasti akan dibunuh oleh tua bangka Gustav itu.” Ucap Edward.

Yosias tersenyum licik, ia mendorong Edward ke luar pintu sambil berkata, “Stt sudah sudah, tenang saja, aku hanya ingin mencumbuinya malam ini saja. Tidak akan terjadi apa pun padanya. Kamu tenang saja, datang ke sini lagi besok pagi ya. Sana pergi, ini bonus untukmu.” Yosias pun memberikan sekantung kepingan emas, lalu menutup pintu kamarnya.

Yosias yang sudah melakukan aktivitas seharian, merasa tubuhnya lengket karena berkeringat. Karena Alisa masih tertidur lelap, ia pun memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

“Beruntung sekali Edward bisa memilikimu, kamu cantik sekali, sayangnya bodoh, kenapa mau saja dengan Edward si bajingan itu.” Gumam Yosias, sambil memandangi wajah Alisa yang cantik. Tak jarang, sesekali ia mencium kening Alisa juga.

Setelah itu, Yosias pun pergi ke kamar mandi.

Lima belas menit berlalu, Yosias selesai mandi dan kembali ke kamar dengan hanya mengenakan handuk di pinggangnya. Bagian atas tubuhnya sudah telanjang menunjukkan dadanya yang bidang dan juga berbulu.

Tanpa diduga, Alisa pun berteriak, “Bajingan!”

Yosias tak langsung panik, ia tahu efek obat bius tadi shearusnya masih kuat. Yosias meminum anggur yang dia bawa dari pesta tadi. Ia tersenyum melihat Alisa yang tampak makin seksi saat mencoba memberontak seperti tadi.

Yosias yang tak tahan lagi melihat kemolekan Alisa langsung menghampiri Alisa dan memeluknya. Alisa terlihat sangat gelisah, ia sangat ingin memberontak, tetapi tubuhnya masih belum bisa ia gerakan.

Yosias mulai menciumi wajah dan leher Alisa. Ia juga mulai melucuti gaun Alisa.  Namun, tidak lama kemudian terdengar ketukan pintu.

“Sial, siapa, tolong jangan ganggu, aku mau beristirahat!” Teriak Yosias.

Lalu, terdengar suara yang sangat familier di telinga Alisa, “Tuan, mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Saya salah satu staf hotel ini, tadi saya mendapat laporan hewan peliharaan dari kamar di sebelah Tuan kabur. Dan hewan itu adalah, laba-laba beracun.”

Yosias terperanjat, ia paling takut pada laba-laba. Ia langsung berlari mencari pakaiannya. Yosias langsung membuka pintu kamarnya hanya dengan mengenakan kaos dan celana dalamnya saja. Namun, hal yang tak diduga pun terjadi. Yosias yang sedari tadi panik takut akan laba-laba langsung terdiam begitu membuka pintu kamarnya.

Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)  

Episode 9 -- Episode 11

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Plugin Kapsule Corp

Options

not work with dark mode
Reset
Part of PT. King Alin Jaya