Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!!
Dear my lovely Daniel, your existence is my best part of my life.
Kisah ini berawal sejak aku masih duduk di bangku SMA. Orang tuaku yang tak terima aku bersikap gemulai, memasukanku ke sekolah khusus putra, dengan tujuan agar maskulinitasku bisa terbentuk, agar aku tak banyak bermain lagi dengan perempuan. Padahal, langkah mereka ini bisa aku jamin sebagai langkah yang paling buruk.
Kefeminimanku semakin menjadi-jadi semenjak sekolah di SMA Putera 100 ini. Aku semakin tak bisa mengontrol diri, khususnya setiap selesai pelajaran olahraga. Tubuh teman-temanku, aduhai kekarnya. Namun, karena kefeminimanku ini, aku jadi sering dirundung oleh teman-temanku.
“Woi bencong!”
“Hei anak dajjal!”
“Cong kerjain pr aku dong!”
Itu baru sedikit contoh rundungan yang dilakukan secara verbal. Teman-temanku sering juga melakukan rundungan secara fisik. Yaitu dengan cara memukulku, menjabakku, mengunciku di kamar mandi. Aku selalu mencoba untuk melawan mereka, namun namanya satu lawan banyak, ya tentu saja kalah. Tiap kali lapor guru, selalu berujung dengan, “Kamu laki kan, lawanlah mereka.”
Bukan inginku terlahir seperti ini.
Satu semester berlalu dengan sangat mengenaskan. Semua berubah sejak kedatangan murid baru, pindahan dari Jepang. Tubuhnya tinggi, sekitar 185 cm, berat badannya sekitar 80 kg, cukup kekar, dengan paras tampan campuran Indonesia dan Jepang.
Siang itu, aku kembali dirundung oleh teman-temanku. Namun, kali ini lain. Daniel, murid baru itu datang membelaku.
“Heh, kalo berani one by one, lo semua laki kan?” tanya Daniel.
Anto, salah satu murid paling nakal tiba-tiba berkata, “Oh tentu saja berani dong, cuman si bencong Seno ini berani gak?”
Aku memang ikut bela diri karate, hanya saja… Aku selalu merasa skillku tak begitu bagus. Tetapi, seolah ada kekuatan yang mengilhamiku secara tiba-tiba, kekuatanku terasa sangat penuh. Terlebih saat Daniel menatapku, berkata sambil menepuk pundak, “It’s okay. You can do this. I trust you!”
Aku langsung memukul Anto. Dengan satu pukulan, Anto langsung tersungkur ke lantai kelas, lalu jatuh pingsan. Setelah Anto terjatuh, Daniel mengajakku ke kantin. Sebelum pergi, Daniel berkata pada mereka, “Feminim gak ada hubungannya sama ke-laki-laki-an. Kalau gak mau kayak Anto, jangan pernah ganggu Seno lagi!”
Jantungku berdetak kencang. Apa-apaan ini? Apa aku sedang mimpi? Daniel bagaikan pahlawanku.
“Kamu kenapa diem aja dibully kayak gitu?” tanya Andre sambil minum teh.
Aku tertunduk malu, “Takut gak bisa lawan. Jadi ya sudah cuma bisa pasrah.”
“Kedepannya gak usah khawatir lagi ya. Kita temenan mulai hari ini, you have me.”
Lagi-lagi Daniel memberikan semangat hidup untukku. Sejak hari itu, aku mulai berteman, mulai sering bermain bersama Daniel. Aku tak berpikir aneh-aneh lagi. Daniel memang murni ingin berteman denganku.
***
Tak terasa, 2 tahun pun berlalu. Semester terakhir di sekolah ini. Rasanya, waktu berlalu benar-benar sangat cepat. Sedih juga harus berpisah dengan Daniel, sahabatku.
Walaupun aku menganggapnya sebagai sahabat, namun jauh di lubuk hatiku, aku tetap menganggapnya sebagai crush-ku hahaha.
Pagi itu, kami anak kelas 3 akan melakukan ujian praktek olahraga. Guru olahraga kami menyuruh aku dan Daniel untuk pergi ke ruangan olahraga untuk mengambil bola voli. Sesampainya di ruangan itu, Daniel menutup pintu ruangan itu, dan… Menciumku!
Aku langsung mendorongnya, “Apaan sih kamu!”
“Aku cuma sedih aja akhir-akhir ini. Sebentar lagi kita pisah, tapi kita masih sama-sama gak mau jujur sama perasaan kita.” ucap Daniel sambil memelukku.
Aku tercengang, lantas, apakah selama ini Daniel menyimpan rasa yang sama juga?
Aku tak berlama-lama di ruangan itu bersama Daniel. Bagaimanapun, dalam hatiku masih ada sedikit penolakan akan diriku yang seperti ini.
Ujian praktek olahraga sudah selesai. Tak ada pelajaran lain, kami pun bisa pulang ke rumah untuk menyiapkan ujian prakter esok hari.
Saat aku di jalan pulang, Daniel mengejarku, “Sen, aku gak mau bahas ini di sini. Mampir ke cafe bintang bentar yuk. Aku mohon. Beres ujian nasional nanti aku balik ke Jepang. Mungkin kita gak akan pernah ketemu lagi.”
DEG!
Hatiku terasa sangat sangat sakit saat mendengarnya akan kembali ke Jepang. Aku pun langsung menoleh ke arahnya dan berkata, “Oke.”
Cafe Bintang
“Aku gak mau berkata-kata lagi. Aku mau fokus habisin waktu sama kamu. Tolong jangan jauhin aku, jangan ilfeel sama aku. Tapi,” Daniel terdiam sesaat, lalu melanjutkan, “kalau kamu risih, gak apa-apa menjauh juga. Bisa liat kamu dari jauh aja aku udah seneng Sen.”
Aku berbisik pelan, “I love you too. Aku harap kita bisa bersama.”
***
Sejak hari itu, kami menjadi lebih sering menghabiskan waktu bersama. Sampai kepergiannya ke Jepang pun tiba.
Dan pada hari itu juga, aku mendengarkan ucapan terakhirnya, “Someday we will meet again my love.”
Benar-benar yang terakhir, sampai saat ini. Lima tahun sudah berlalu, dan aku… Tak kunjung mendapatkan kabar darinya…
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)