Oleh Evly
Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!!
“It’s a match!”
Tiba-tiba muncul notifikasi di layar ponselku. Aku sempat bingung, notifikasi apa ini. Kemudian, setelah aku cek, aku baru sadar. Kemarin, aku baru saja mengunduh aplikasi dating yang sudah sering digunakan oleh orang-orang. Aku tahu betul, apa yang aku lakukan ini salah. Saat ini, aku masih memiliki seorang pacar, tapi aku tega memainkan aplikasi seperti ini. Bukannya aku membela diri, tapi pacarku, Indri, memang sangat membosankan.
Zaman sekarang, pacaran macam apa yang tidak melakukan kontak tubuh. Aku selalu berpikir seperti ini. Tapi, Indri sangat lain dari wanita lain. Jangankan kontak yang lebih dekat, pegangan tangan saja dia sering gemetar.
“Hi, udah match kok masih belum chat sih.”
Sebuah pesan muncul lagi di notifikasi ponselku. Chat itu berasal dari aplikasi dating itu lagi. Aku segera membalasnya.
“Hallo, sorry baru pulang kerja.”
Tak lama kemudian, perempuan yang memiliki nickname Catluv itu segera membalas lagi, “Capek banget dong ya.”
Sambil rebahan di atas sofa di kostanku, aku dan perempuan itu terus saling bertukar pesan. Sampai suatu pesan membuatku terhenyak.
“Kita sama-sama cari senang-senang aja kan, sini deh ke apartemen aku kalau mau senang-senang aja.”
Dasar memang naluri lelaki bajinganku yang terlalu kuat, aku segera mengiyakan permintaannya. Setelah perempuan itu mengirimkan alamatnya, aku segera pergi menuju apartemennya.
Sesampainya di apartemennya, kami berbincang hal-hal yang sangat ringan, sampai akhirnya perempuan yang ternyata benara Santi itu mengeluarkan sebotol vodca dari kulkasnya.
Kami minum bersama, sampai, ia mulai menggodaku. Sudah 2 tahun lamanya, aku tidak menjamah tubuh seorang wanita. Jadi, siapa pula yang bisa menahan godaan ini? Maafkan aku Indri, tapi aku tidak tahan lagi.
Keesokan paginya, aku pergi dari apartemen Santi, menuju kantorku. Seperti pagi-pagi biasanya, tak ada sesuatu yang berbeda. Sampai waktu pulang kantor tiba. Aku melihat Indri sudah duduk di lobby kantorku.
“Sayang, kok kamu ada di sini?” Tanyaku.
Dengan nada bicara yang agak lemas, Indri menjawab, “Aku datang buat kamu, mau main aja ke kostan kamu. Boleh kan?”
Aku terkejut, tumben sekali Indri mau main ke kostanku. Walaupun kostanku termasuk bebas, tapi Indri tak pernah mau datang ke kostanku, dengan alasan takut terjadi hal yang tak diinginkan.
“Tumben banget. Ya sudah, yuk pulang. Aku ke parkiran motor dulu. Kamu tunggu di sini aja ya.” Ucapku.
Indri segera berdiri, “Aku ikut.”
Aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan Indri. Sesudah naik motor, ia langsung memeluk erat tubuhku dari jok belakang. Tumben sekali. Indri tak pernah seperti ini sebelumnya. Seperti yang kubilang, untuk pegangan tangan saja, Indri sangat enggan.
Sampai di kostanku. Indri segera duduk di sofa kecil disamping tempat tidurku. Aku pergi ke toilet dulu untuk cuci muka. Saat aku keluar dari toilet, aku melihat Indri sudah menanggalkan pakaiannya.
“Aku selalu gak mau kamu sentu karena aku gak mau kamu liat sisi lain dari aku. Tapi,” Indri terdiam, tak melanjutkan kata-katanya.
“Tapi apa? Kamu gak perlu maksain diri.”
Indri langsung berbicara dengan nada bicara yang keras, “Tapi aku gak nyangka, kamu sampe instal aplikasi dating, terus tidur sama temen kantorku sendiri!”
PLAK!
Indri menamparku. Aku merasa sangat bersalah, aku segera meminta maaf. Namun, belum sempat berbicara, Indri segera menarikku ke atas ranjang.
“Indri, jangan paksain diri, aku gak mau maksa kamu, maafin aku.” Ucapku.
Bukannya merespons ucapanku, Indri malah menarik tali dari laci kamarku.
“Iket aku please, sampe sakit banget kalau bisa.” Ucapnya.
“Hah? Aku gak ngerti.” Ucapku, aku benar-benar tak mengerti.
“Please, iket aja udah.” Pintanya.
Aku segera mengikat tangannya, lalu meletakkan kedua tangannya di belakang kepalanya, kemudian ia berkata lagi, “Lakuin sekarang, buat aku sesakit mungkin, makin sakit makin nikmat.”
Lagi-lagi, naluri kebejatanku muncul lagi. Aku segera melucuti pakaianku, dan mulai menjamah tubuhku.
Aku benar-benar tak mengerti, apakah ini adalah fetish yang sering orang-orang bilang, atau memang pacarku yang psikopat. Indri tak henti-hentinya memintaku untuk memukul dan menamparnya saat aku menidurinya. Aku sempat bingung, namun akhirnya pasrah mengikuti keinginannya. Jujur saja, Indri sangat menggoda seperti ini.
Setelah selesai, Indri meminta maaf padaku, “Selama ini aku gak mau kamu sentuh karena ini, aku gak mau kamu tahu sisi buruk aku. Nah, sekarang, kamu udah tahu kan, gimana? Silakan kalau mau putus juga, aku gak keberatan.”
Aku kembali menciuminya, “No, I love you so much, damn you are so hot! Let’s try again!”
END
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)