Orang-orang bilang, cinta sejati itu tak akan pernah ada. Namun, sebenarnya bukan tidak ada. Cinta sejati itu ada, hanya saja tidak banyak orang yang bisa merasakan kehadirannya. Bahkan beberapa orang melakukan kesalahan fatal, dengan fokus mencari sesuatu yang sebenarnya tidak ada, sampai melupakan cinta terbaik yang ada di sampingnya. Nasi sudah menjadi bubur, tak ada lagi yang bisa diselamatkan, melainkan diri sendiri dari lautan kesedihan dan keterpurukan.

Christin dan Dika. Mereka sudah berpacaran kurang lebih 5 tahun, dan 6 tahun menikah. Sebelas tahun bukanlah waktu yang singkat. Mereka mengarungi indahnya kehidupan yang penuh kasih sayang selama itu. Kebersamaan mereka selalu mendapatkan pujian dari banyak orang. Pahit manisnya kehidupan kurang lebih sudah mereka rasakan.
Sampai suatu pagi tiba, Dika membangunkan Christin dengan kecupan manis, kebiasaan yang tak pernah hilang sejak mereka bersama, “Bangun sayang, udah pagi nih. Kamu hari ini kerja ‘kan?”
Ada yang tak biasa dari Christin, “Udah deh, apaan sih, sana makan mandi, masakan semalam masih ada.”
Dika tak ambil hati dengan sikap Christin yang begitu mengesalkan pagi ini. Ia berpikir, mungkin Christin akan datang bulan, makanya sampai tega bersikap seperti itu padanya. Walaupun dari dulu tak pernah seperti ini, tetapi Dika mencoba untuk lebih mengerti Christin. Mungkin pekerjaannya sedang membuatnya begitu stress seperti ini. Dika pun berinisiatif untuk membuatkan teh panas dan sarapan untuk Christin.
“Okay sayang, kamu tiduran aja dulu. Aku mandi duluan yah,” ucap Dika sambil mengelus lengan Christin yang begitu lembut.
Dua puluh menit kemudian, Dika kembali ke kamar dengan membawakan teh panas dengan roti panggang dengan selai nanas kesukaan Christin.
“Makan dulu ya sayang, kamu pasti laper karena malam makannya dikit banget,” ucap Dika sambil kembali membangunkan Christin.
Christin sangat kesal, kenapa Dika tak pernah bisa mengerti isi hatinya. Namun, karena Dika sudah begitu penuh pengertian, ia tak banyak berkata lagi lalu mulai memakan roti yang dibawakan oleh Dika.
Waktu berlalu, sudah seminggu sejak sikap Christin berubah seperti ini.
Pagi ini, Dika pergi ke kantor dengan wajah yang tak biasa, ia terlihat begitu sedih.
“Kenapa Bro? Kok mukanya ditekuk sih?” tanya Aldi, rekan kerja Dika.
“Ah gak apa-apa, kurang tidur aja nih,” ucap Dika sambil menyalakan komputer kerjanya.
Aldi pun menggoda Dika, “Malem kecapean kali abis berapa ronde hahaha.”
Kali ini Dika mulai menceritakan seluruh isi hatinya dengan serius dan jujur, “Sikap istri gue berubah Bro. Udah seminggu dingin banget sama gue. Mungkin bosen kali ya?”
Aldi terdiam sejenak, lalu berkata, “Bukan bosen, lagi jenuh, kasih dia waktu aja buat sendiri dulu. Gak usah dipaksain kasih reaksi sama sikap dinginnya. Cewek mah gitu, pengen dikejar terus, sekalinya dikejar malah kayak gitu. Liat aja, giliran gak dikejar malah nyariin. Percaya deh sama gue.”
Dika merasa, apa yang dikatakan oleh Aldi memang ada benarnya juga. Setelah selesai bekerja, ia sama sekali tak menyapa Christin. Ia benar-benar menganggap Christin seolah tak ada di sampingnya. Christin sendiri sampai dibuat heran, kenapa sikap suaminya itu ikut berubah juga. Namun Christin tidak menggubrisnya sama sekali.
Hari pertama, hari kedua sampai 7 hari lamanya berlalu. Mereka sama sekali tak pernah bertegur sapa. Sejak hari ke empat, Dika bahkan sudah memutuskan untuk pisah ranjang dengan tidur di kamar tamu. Ada yang lain dengan sikap Christin, aneh sekali ia bisa selama ini tak berkomunikasi dengan Dika.
Hal ini sudah tak bisa didiamkan lagi, Dika memutuskan untuk membeli buku-buku tentang menjaga cinta dalam pernikahan. Setelah 3 hari merenung, Dika merasa kalau dirinya memang terbilang sangat dingin sebagai seorang suami. Cinta-cinta di pernikahan mereka, sudah gagal ia jaga.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, tetapi Chrisin masih tak kunjung pulang. Sudah 2 malam, Christin selalu pulang larut malam. Tanpa memberi kabar apapun, bahkan ketika ditanya oleh Dika pun ia tak pernah menjawab. Seolah tak pernah memiliki hubungan apapun, seolah tak pernah ada cinta di antara mereka.
Malam ini, dengan rokok dan whiskey yang menemani Dika, ia mengingat kembali masa-masa pertama ia berpacaran dengan Christin. Dika merasa, dirinya memang tidak seromantis dulu. Sampai suatu menit, Dika mengenang kembali saat-saat dirinya menyatakan cinta kepada Christin, di lapangan SMA mereka semasa dulu.
Bersambung …
Eps 2 (Coming soon)