Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!! ((PLEASE KLIK SALAH SATU IKLANNYA YA KAKAK, SEBAGAI PENGGANTI KOIN, AGAR AWNOVEL BISA TERUS BERKEMBANG, LAFYUU :*))
‘Ya Tuhan, siapa lagi ini, apa lagi ini, apa kejadian kemarin masih belum cukup? Kenzo, tolong aku Kenzo.’ Gumam Dilla dalam hati.
Setelah beberapa detik berlalu, genggaman telapak tangan bsar itu akhirnya lepas dari kedua bahu Dina.
“Sial!” Teriak Dilla.
Pria jangkung dan berwajah garang tampan yang begitu familier di mata Dina langsung tertawa, “Kaget gak? Hahaha, kamu mau kemana?”
“Pak,” Dilla sudah bersiap untuk memakin pria itu, namun ia teringat akan dirinya yang baru saja meminta maaf melalui chat di ponselnya.
Dilla menarik napas dalam-dalam dan berkata, “Pak, saya mau minta maaf sama Bapak. Sekaligus,”
“Sekaligus apa?” Tanya Kenzo.
“Saya traktir makan ya sebagai tanda terima kasihs saya sama Bapak. Umh, sebenarnya saya juga tau, ini gak sebanding sama tenaga yang Bapak keluarin buat nolong saya waktu itu. Cuma …” Dilla terdiam sesaat.
“Ayo pergi.” Ucap Kenzo sambil merangkul Dilla.
Sesampainya di parkiran mobil, Kenzo berkata pada Dilla, “Biar saya aja yang bawa mobilnya, okay?”
Dilla hanya mengangguk, tanpa tahu akan tujuan Kenzo membawanya pergi.
Setelah mobil melaju beberapa saat, Dilla pun memecah keheningan yang terjadi di dalam mobil itu.
“Pak, bentar lagi kita keluar dari tol, Bapak mau makan di mana malam ini?” Tanya Dilla.
Belum sempat menjawab pertanyaan Dilla, ponsel Kenzo tiba-tiba berdering.
“Halo,” sapa Kenzo.
Entah apa yang dibicarakan oleh seseorang di ujung telepon sana, yang pasti, tak lama kemudian Kenzo menjawab, “Saya udah pulang, thankyou ya.”
Setelah itu, Kenzo mematikan ponselnya dan melirik ke arah Dilla.
“Ada satu tempat spesial, dekat rumah saya, kamu mau ke sana?” Tanya Kenzo.
Dilla mengangguk, “Baik Pak, kemana pun Bapak mau.”
Kenzo tak bisa berhenti tersenyum saat mendengar jawaban Dilla kali ini. Ia tak menyangka, ternyata Dilla bisa juga menjadi seorang penurut. Dan Dilla yang duduk di sebelah Kenzo, tak kalah heran saat melihat mantan bosnya itu tersenyum seperti itu. Namun, Dilla tak berpikiran yang aneh-aneh. Karena saat ini, ia tahu, Kenzo bukanlah seorang bajingan yang jahat.
Telepon yang masuk tadi berasal dari Ardi. Awalnya, Ardi diminta untuk menjemputnya di bandara, tetapi, akhirnya Kenzo malah pulang bersama Dina.
Setelah perjalanan selama tiga puluh menit itu berlalu, mereka pun sampai di garasi rumah Kenzo.
“Kok ke rumah Bapak?” Tanya Dilla.
Kenzo tersenyum, “Dilla, saya mau pindah ke London minggu depan nanti. Jadi, masakin masakan favorit kamu ya. Please, untuk terakhir kalinya.”
Dilla sangat terkejut, ia tak menyangka Kenzo akan secepat ini pergi meninggalkan kota ini.
“Tapi Pak …” Dilla ingin mengatakan sesuatu, tapi langsung dipotong oleh Kenzo.
“Dilla, no hard feeling ya, please jangan marah juga, saya cuma mau jujur sama perasaan saya. Saya ngerasain rasa yang spesial dari pas pertama ketemu kamu. Apa ini rasa obsesi, sayang, suka atau cinta, saya juga belum tau pasti. Yang pasti, saya selalu ngerasa sedih setiap mikirin kamu.” Ucap Kenzo sambil tertunduk.
“Kenapa sedih?”
“Karna kamu terlihat gak punya perasaan apapun sama saya. Jadi, gak apa-apa, gak usah dipikirin. Saya gak mau maksain kamu juga. Sekarang, masuk yuk.” Ucap Kenzo sambil turun dari mobil dan pergi membukakan pintu untuk Dilla.
Dilla tak bisa berkata-kata, karena bagaimanapun, dirinya memang tak memiliki perasaan apapun kepada Kenzo.
Kedatangan Kenzo dan Dilla disambut oleh suara hangat Bi Nirah, “Eh Den, Non, udah pulang. Kenapa gak bilang dulu? Bibi belum masak loh.”
“Gak apa-apa Bi, malam ini saya mau masak bareng sama Dilla,” Kenzo menatap Dilla, “kasih aku waktu sepuluh menit buat mandi dulu ya. Kamu ngobrol dulu aja di sini sama Bi Nirah.”
Dilla hanya menggangguk, lalu berkata pada Bi Nirah, “Bi, makasih ya waktu itu udah rawat saya. Gak kebayang gimana nasib saya kalo gak ada Bibi sama Pak Kenzo.”
“Gak perlu bilang makasih, udah kewajiban kita sebagai manusia buat saling tolong.”
Suasana hangat di rumah itu pun segera terasa setelah Dilla berbincang hangat dengan Bi Nirah. Tak lama kemudian, Kenzo menuruni tangga dengan rambutnya yang masih basah. Ia hanya mengenakan celana selutut, kaos polos berwarna hitam.
“Ayo kita mulai masak. Aku bantu iris-iris, kamu yang masaknya ya.” Ucap Kenzo.
Dilla agak terhenyak saat melihat penampilan Kenzo yang begitu tampan.
“Saya aja yang masak Pak, Bapak tunggu aja di meja makan. Makanan yang saya buat gak lama kok, paling tiga puluh menitan aja.”
“No no no, kita masak bareng ya. Saya gak biasa kayak gitu,” Kenzo menoleh ke arah Bi Nirah, “bener kan Bi?”
…
Bersambung…
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)