Dilla tak ambil pusing saat melihat Kenzo, pria yang tidur bersama beberapa hari yang lalu sedang berpelukan dengan seorang wanita. Baginya, malam itu ya malam itu saja. Tidak perlu diambil hati karena mereka memang tidak menggunakan hati dan perasaan. Lain halnya dengan Kenzo pada saat ini. Ia tak menyangka, Vera mantan pacarnya tiba-tiba datang, berkeluh kesah menceritakan perlakuan suaminya yang kasar. Kenzo juga merasa sangat bodoh kenapa mau saja dipeluk Vera, jelas-jelas hari ini kemungkinan besar Dilla akan datang ke kantornya. Di saat yang sama, Kenzo juga merasa sangat kesal pada Hendra, kenapa tidak memberitahu dirinya kalau yang datang presentasi hari ini adalah Dilla sendiri.
Kenzo yang mulai kesal, langsung mendorong Vera pergi, “Maaf Ver, aku sibuk. Tolong jangan hubungi aku lagi, aku udah punya pacar. Gak enak kalau dia lihat kita pelukan kayak gini.”
Kenzo langsung pergi menyusul Dilla setelah mendorong Vera. Langkah kaki Kenzo yang lebar membuat Vera tak bisa menyusul kepergian Kenzo.
Dilla langsung masuk ke dalam ruangan konferensi. Dilla memainkan ponselnya sembari menunggu meeting dimulai. Tak lama kemudian, Kenzo datang menghampiri Dilla.
Dengan napas yang terengah-engah, Kenzo menyapa Dilla, “Hallo Dilla! Masih ingat saya?”
Dilla langsung berpura-pura seolah tidak mengingatnya, “Hmm.. Di mana ya? Rasanya pernah ketemu, tapi di mana ya..”
Kenzo tahu, Dilla sedang berpura-pura tidak mengenal dirinya.
“Hotel Ark.” ucap Kenzo lalu pergi ke tempat duduknya.
Dilla terkejut saat melihat Kenzo menempati tempat duduk CEO! Apakah orang yang tidur bersamanya beberapa waktu lalu ada seorang CEO? Tapi.. Dilla jelas-jelas tahu Kenzo bekerja sebagai tim IT di sebuah perusahaan ternama di kota ini. Namun, ia tak menyangka, Kenzo juga merupakan seorang CEO di perusahaan lain yang tak kalah hebatnya juga.
Kenzo di tempat duduknya langsung tersenyum saat melihat ekspresi Dilla yang terkejut. Kenzo juga tahu, Dilla hanya mengetahui identitas dirinya sebagai seorang IT di sebuah perusahaan ternama di kota ini.
Lain di pikiran Kenzo, lain lagi di pikiran Dilla. Setelah Dilla mengetahui identitas dirinya, Kenzo berpikir bahwa Dilla mungkin akan mulai menaruh hati pada dirinya. Namun, kenyataan malah berbanding terbalik. Dilla yang sudah mengetahui Kenzo adalah seorang CEO langsung bertekad untuk tidak berhubungan dengan Kenzo lagi. Dalam benaknya, seorang CEO pasti senang memainkan hati perempuan. Buktinya saja, di kantor yang merupakan tempat umum saja dia sampai berani berpelukan mesra. Tak tahu malu, pikir Dilla.
Pertemuan pun dimulai. pertemuan diawali dengan pembukaan pidato oleh Kenzo. Namun, semua hadirin yang kebanyakan merupakan petinggi perusahaan, merasa heran dengan bos mereka. Kenzo memiliki kemampuan berbicara di hadapan umum yang hebat, ia bisa membuat semua orang memperhatikannya hanya dengan cara penyampaian dan sorot matanya yang hebat. Kali ini berbeda, sorot mata Kenzo seolah hanya tertuju pada satu orang. Dan satu orang itu adalah perwakilan dari PT. Awnov. Sekilas pun, para petinggi perusahaan ini bisa melihat kalau kerja sama ini bukan murni ingin bekerja sama, melainkan karena masalah percintaan bos mereka.
Dilla yang bisa merasakan tatapan Kenzo terus mengarah pada dirinya, mulai merasa risih juga. Karena semua orang yang memerhatikan pandangan Kenzo, langsung menatap ke arah dirinya juga untuk mengetahui siapa yang sedari tadi terus-menerus ditatap oleh Kenzo.
Sepuluh menit yang sangat canggung ini akhirnya berlalu. Sekarang, giliran Dilla maju untuk melakukan presentasi.
Selama presentasi berlangsung, rasa kagum Kenzo terus bertambah juga pada Dilla. Dilla, tak hanya berparas cantik, tapi memiliki kemampuan yang hebat juga. Cantik, pintar, mandiri, laki-laki mana yang bisa tak terpikat padanya?
Setelah pertemuan hari ini selesai, Kenzo tak buru-buru pergi meninggalkan kantor. Ia mencoba untuk mengajak Dilla ke kantornya terlebih dahulu.
“Dilla, jangan dulu pulang. Bisa datang ke kantor saya dulu? Ada yang perlu saya bicarakan.” ucap Kenzo dengan gugup.
Dilla tak banyak berpikir. Toh ini kantor, tak mungkin kalau Kenzo sampai berani melakukan sesuatu pada dirinya.
“Baik, Pak. Saya rapikan dokumen saya dulu.”
Setelah itu, Dilla pergi mengikuti Kenzo. Sesampainya di ruangan kantor Kenzo, Kenzo langsung menanyakan berbagai hal tentang masalah-masalah di perusahaannya. Melihat dan mendengarkan pemaparan masalah yang dikatakan oleh Dilla pada saat ini membuat Kenzo paham. Dilla benar-benar bukan tipikal perempuan yang bisa dibujuk dengan uang. Seperti kata Ardi, ada beberapa tipe perempuan memang seperti kucing. Harus membuat mereka tenang dan percaya terlebih dahulu, jangan terburu-buru, kalau tidak, mungkin hanya akan mendapatkan perlawanan saja.
Bersambung…
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)
Pepet terus Kenzo??
Asyiaapp -Kenzo 😀