Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!!
Badai yang tak berujung ini masih belum reda juga, sedangkan Bella sudah bertekad penuh untuk menyingkirkan perasaan ini.
Bella hanya bisa menatap kosong ke arah pintu yang baru saja ditutup oleh Arlina.
‘Kak Arlina, aku gak tau harus gimana …’ gumam Bella dalam hati.
Bella menyeka air matanya. Dalam hatinya ia membulatkan tekad, tak apa kali ini sedih, hancur, bingung, yang paling penting tak boleh selamanya seperti ini. Cepat atau lambat, ia pasti bisa melupakan Arlina, dan mencintai Reza sepenuhnya.
Malam ini, Bella bisa tampil dengan memukau di hadapan banyak orang. Hampir semua orang bisa melihat aura misterius yang memancar dari dalam diri Bella, membuat orang yang melihatnya berdecak kagum dengan penampilannya. Kecuali Reza, Reza bisa melihat ada kesedihan yang tersirat dari tatapan mata Bella. Khususnya, saat Bella melihatnya dari atas panggung. Tersirat rasa sedih dan rasa bersalah yang terpancar dari dalam dirinya.
Tak ada usaha yang mengkhianati hasil, setelah berbagai usaha dilakukan, Bella berhasil keluar menjadi pemenang dari kompetisi ini.
Setelah acara ini selesai, orang tua Bella yang datang belakangan dan Reza, segera menghampiri Bella untuk memberikan selamat.
“Nak, selamat ya. Usaha kamu gak ada yang sia-sia,” ucap ayah Bella, lalu merangkul Reza, “Terima kasih banyak juga ya udah jaga anak ayah, udah anterin anak ayah kemana-mana. Ayah bangga sama kalian berdua.”
Tangis haru yang bercampur rasa sedih tak bisa terbendung lagi dari mata Bella. Bella segera menangis dan memeluk kedua orang tuanya, “Aku seneng banget, terima kasih ya, aku gak ada apa-apanya tanpa doa ibu dan ayah.”
Bella terdiam sejenak, sesaat kemudian, ia pergi memeluk Reza, “Reza … makasih banyak, aku gak akan bisa sampe langkah ini, tanpa dukungan dari kamu. Makasih ya udah jadi pacar yang baik.”
***
Setelah selesai berfoto ria, ibu Bella berbicara, “Gimana kalo kita rayain kemenangan Bella dengan makan bareng?” ibu Bella menoleh ke arah Reza, “motor kamu biar supir kami yang bawa ke rumah, sekarang, biar si ayah aja yang bawa mobil, kamu ikut kita ya.”
“Aduh Tante, jadi gak enak aku, gak perlu deh. Acara keluarga kan, jadi kalian bertiga aja enggak apa-apa.”
Bella berusaha keras mengusir rasa sedihnya, ia mencubit lengan Reza, “Ih, kita kan calon satu keluarga hahaha. Ayo kita makan bareng.”
“Masih jauh ya, hei, beresin dulu kuliahnya, oke,” ucap ayah Bella sambil bergurau.
Mereka berempat pun pergi ke salah satu restoran yang tak jauh dari tempat itu. Sepanjang jalan, mereka saling bergurau, berbincang, membicarakan masa-masa muda orang tua Bella. Disaat mereka sedang bersenang-senang, Bella di bangku belakang masih merasakan kesedihan dalam hatinya. Bella juga terpikirkan akan ucapannya tadi kepada Reza. Suatu saat nanti akan menjadi satu keluarga? Bagaimana mungkin satu keluarga dengan orang yang tak begitu ia cintai?
Restoran Seafood Delicious
Khusus untuk malam ini, ayah Bella memesan banyak menu hidangan untuk merayakan kemenangan Bella. Setelah makanan yang dipesan sudah ada di depan mereka, tiba-tiba terdengar suara, “Bu Tejo!” seseorang memanggil ibu Bella. Lalu tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya, menghampiri meja mereka.
“Bu Tejo! Apa kabar?”
“Eh, Bu Ratna, ya ampun, udah lama banget gak ketemu. Alhamdulillah saya baik, Ibu apa kabar?”
“Alhamdulillah saya baik,” wanita itu menoleh pada Bella, “ini anak tunggalmu itu Bu?”
“Iya,” ibu Bella memegang tangan Bella, “kenalin nih Bell, in Bu Ratna, bos ibu dulu!”
“Hallo Bella, iya, saya dulu masih kerja, sekaran udah pensiun, kantor udah diterusin sama anak saya.”
“Hallo Tante.”
Setelah mereka berbincang sejenak, Bu Ratna berkata, “Saya udah ditungguin nih sama anak saya di depan. By the way, Bu Tejo pasti bangga banget sama Bella! Anak tunggalnya udah pinter, di luar berprestasi juga, eh punya mantu ganteng banget lagi! Hahaha.”
“Ah Ibu bisa aja,” ucap ibu Bella.
“Bener kok, jarang lho sekarang, ada anak yang masih rajin di segala bidang. Oh iya, saya pamit dulu ya.”
***
Kelelahan hari ini sudah berakhir. Bella sudah selesai membersihkan tubuhnya, sudah berganti pakaian dengan piyama. Kelelahan hari ini harusnya, bisa membuat rasa kantuknya segera terasa. Namun, lain terasa. Bella malah disibukan dengan pikiran-pikiran yang tak seharusnya ada di dalam benaknya.
Perlahan, air mata Bella pun mengalir … Kata-kata anak tunggal yang membanggakan, ucapan selamat tinggal dari Arlina, kata-kata satu keluarga dengan Reza, terus berlarian di dalam benaknya. Bella sangat sedih, ia merasa berdosa pada semua orang. Merasa bersalah karena tak bisa menjadi yang terbaik untuk mereka.
Bersambung…
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)