Ardi yang sudah bekerja dengan Kenzo selama 3 tahun, merasa agak aneh saat melihat tingkah bosnya seperti ini. Sejak pertama kali bertemu, ia tidak pernah melihat bosnya tersenyum seolah sedang merasa bahagia seperti ini. Ardi sudah menyelesaikan pekerjaannya, jadi ia pun berpamitan kepada Kenzo untuk meninggalkan ruangannya.
Sesaat sebelum Ardi meninggalkan ruangan kantor Kenzo, Kenzo kembali memanggil Ardi, “Ardi, jangan pergi dulu. Ada yang perlu saya tanyakan.”
“Iya Pak,” Ardi menoleh dan kembali duduk di kursi depan meja Kenzo, “Ada apa ya Pak? Apa ada yang kurang?”
“Oh bukan-bukan, ada hal yang ingin saya tanyakan. Tapi, make sure jangan sampai orang lain tahu.”
Ardi bingung, tumben sekali bosnya seperti ini. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi? Apa perusahaan akan bangkrut? Apa ada skandal yang menimpa bosnya? Menimpa perusahaannya?
Ardi pun segera menjawab, “Baik Pak.”
Kenzo sedikit salah tingkah, ia menggaruk kepalanya lalu berkata, “Kamu kan ahli nih kalo soal cewek..”
Ardi terkejut, namun ia berhasil menyembunyikan ekspresi keterkejutannya, “Ah Bapak, bisa aja.”
“Jadi gini, saya lagi suka sama seseorang, tapi saya lagi bener-bener bingung. Dia kayaknya gak suka sama saya. Entah gak suka atau emang belum suka, tapi dari responsnya seolah gak tertarik sama saya. Enaknya saya harus gimana ya?” Tanya Kenzo.
Ardi terkekeh, “Pak, ada ya cewek yak bisa gak tertarik sama Bapak? Saya sampai kaget dan gak nyangka dengernya.”
Memang terdengar mustahil, apa mungkin ada wanita yang tidak tertarik pada seorang Kenzo? Pengusaha muda, terkenal di seluruh negeri, tampan, tidak pernah ada riwayat skandal apapun.
Ardi melanjutkan, “Pak, perempuan seperti itu terkadang bisa diibaratkan seperti kucing. Kalau dia udah gak suka, dia bakal agresif. Tapi kalau perlahan kita baikin, kita kasih kasih sayang, kedepannya dia bakal terus setia, bakal terus baik enggak akan agresif lagi. Jadi, kita cuma bisa pelan-pelan enggak bisa buru-buru.”
Kenzo merasa apa yang dikatakan Ardi memang ada benarnya juga. Dilla sudah lama melajang, bukan hal yang mudah untuk menerima pasangan baru.
“Karena itu juga. Saya pikir dia akan sama, sama cewek lainnya. Tapi dia enggak, bukannya tingkah kayak gitu malah bikin kita sebagai seorang pria malah semakin penasaran?” Jawab Kenzo.
Ardi tersenyum, lalu menjawab, “Betul sekali Pak. Kalau ngadepin cewek kayak gitu jangan langsung kita tunjukkin kepedulian kita secara langsung, harus pelan-pelan, bikin dia penasaran dulu.”
Kenzo pun tertawa, “Hahaha, oke oke, saya udah nangkep poinnya. Terima kasih banyak ya Di. Sekarang kamu bisa lanjut kerja lagi.”
“Baik Pak, saya pergi dulu ya. Good luck!” Ucap Ardi.
*****
PT. Awnov, perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi ini baru berdiri sejak 1.5 tahun. Perusahaannya masih dalam tahan pengembangan, belum terlihat adanya kemajuan yang signifikan. Kenzo mengenal direktur utama, sekaligus pemilik dari PT. Awnov. Kebetulan, pemiliknya, yang bermana Hendra adalah kenalan lamanya saat ia masih kuliah dulu di Singapura.
Di sela-sela waktu santai sebelum jam pulang kerja, Kenzo menelepon Hendra.
“Hallo.”
“Hallo, maaf dengan siapa saya bicara?”
“Hai, Hendra, saya Kenzo. Masih ingat?” Tanya Kenzo.
“Mana mungkin saya bisa lupa sama bos besar Kenzo hahaha. Apa kabar? Lama sekali tidak bertemu, padahal gedung kita deketan ya.”
Kenzo tertawa juga, “Thanks god I am good. How about you? Iya nih. Kalau ada waktu luang, ayolah kita ketemu.”
Hendra terdengar sangat antusias begitu mengetahui peneleponnya adalah Kenzo. Kenzo, sosok yang sering dijadikan guru muda dalam berbisnis ini, berinisiatif menelepon dirinya. Entah untuk urusan apa, namun Hendra sudah merasa ada sesuatu yang baik, yang akan menghampirinya melalui Kenzo.
Hendra segera menjawab, “I am so good thankyou. Waktu saya selalu luang 24 jam kalau buat ketemu bos besar Kenzo hehe. Ayo mari kita bertemu, malam ini saya kosong juga.”
“Baguslah kalau begitu. Pas banget, gimana kalau kita ketemu di Kafe Luciana? Sekitar jam 7 gimana?” Tanya Kenzo.
“Okay, I’ll be there at 7. See you Bos!“
***
Kenzo, memikirkan berbagai cara untuk membuat dirinya lebih dekat dengan Dilla. Berbagai cara terpikirkan di dalam benaknya, namun pada akhirnya ia lebih memilih untuk bekerja sama dengan perusahaan tempat Dilla bekerja. Dengan seperti ini, dirinya bisa bertemu dengan Dilla hampir setiap harinya..
Hendra yang sangat antusias untuk bertemu dengan Kenzo, sudah sampai di Kafe Luciana sejak pukul 6.30. Ia tidak mau sampai terlambat, membuat Kenzo menunggu.
Tak lama kemudian, Kenzo pun sampai di Kafe Luciana. Mereka pun saling menyapa dan berbincang-bincang, membicarakan masa-masa kuliah dulu. Sampai akhirnya Kenzo menyinggung masalah perusahaan.
“Hendra, gak perlu formal banget lah ya sama gue. Udahan formalnya, aneh banget. Kita kan sering nongkron bareng juga dulu haha.”
Hendra menjawab, “Siap siap hahaha.”
“Jadi gini, maksud gue aja lu ketemu pengen bahas masalah perusahaan nih. Gue ada proyek bikin aplikasi buat PT. Mercy. Terus…”
Kenzo terdiam sesaat, Hendra pun meresponsnya, “Okay… Terus apa?”
“Terus… Gue juga mau investasi di PT. Awnov.. Terus…”
Hendra merasa heran, sebenarnya apa yang sedang direncanakan oleh Kenzo. Jelas-jelas PT. Mercy memiliki tim IT sendiri. Kenzo benar-benar tak membutuhkan jasa perusahaannya.
“Gue perlu…”
*********
Bersambung…
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)