Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!! ((PLEASE KLIK SALAH SATU IKLANNYA YA KAKAK, SEBAGAI PENGGANTI KOIN, AGAR AWNOVEL BISA TERUS BERKEMBANG, LAFYUU :*))
‘Okay, let’s go home.’ Gumam Dilla dalam hati.
Sebelum kembali ke dalam mobilnya, Dilla dihentikan oleh bi Nirah yang baru saja pulang berbelanja.
“Non, mau kemana? Ayo masuk dulu.” Ucap bi Nirah.
“Enggak Bi, makasih. Saya pulang dulu ya.” Jawab Dilla sambil masuk ke dalam mobilnya.
Dilla tak mengerti, kenapa dirinya bisa sekesal ini pada Kenzo. Dalam pikirannya, Dilla berpikir, Kenzo tak perlu menjauhi dirinya hanya karena ia sudah kembali pada mantan pacarnya.
Sesampainya di apartemennya, Dilla langsung menyapa ayahnya, “Halo Yah.”
Ayah Dilla baru saja selesai membereskan kopernya, ia mendongak saat mendengar nada bicara Dilla yang begitu lemas.
“Capek banget apa? Kok lemes banget gitu sih.” Tanya ayah Dilla.
Dilla tersenyum, lalu menjawab, “Enggak apa-apa, udah lama off, sekalinya masuk jadi agak capek gitu Yah. Oh iya, aku siap-siap dulu ya, Ayah udah siap?”
“Oh begitu, ya udah gih siap-siap dulu kamu.”
Setelah lima belas menit berlalu, Dilla keluar dari kamarnya, sudah selesai bersiap untuk pergi ke bandara.
Saat mereka hampir sampai di bandara, ayah Dilla tiba-tiba berkata, “Laki-laki itu sulit diprediksi Nak.”
Dilla agak heran, tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya, “Maksud Ayah apa?”
“Laki-laki itu, gak kayak cewek, yang apa-apa langsung diungkapin. Enggak gitu. Laki-laki itu lebih banyak diem, kalo kesel ya pergi.” Tambahnya.
Dilla semakin tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh ayahnya itu. Namun, ia tak meresponsnya.
“Kenzo, dari cara dia peduli sama kamu, bisa keliatan peduli sama rasa sayangnya dia ke kamu.”
Pada saat ini, Dilla langsung tercengang, “Hah? Maksud Ayah apaan sih? Aku gak ngerti. Aku gak apa-apa kok, lagi gak mikirin siapa-siapa.”
Ayah Dilla tertawa, dan menjawab, “Kamu ini yah, kayak mamamu banget. Susah banget terus terang, padahal dari sekilas aja udah keliatan kamu kenapa. Yakin gak mau tau info tentang Kenzo? Ayah ada infonya dong.”
“Gak mau tau juga. Udah sampe nih, aku bantu turunin koper Ayah yah.” Ucap Dilla.
“Kenzo lagi pergi ke …” Ucap ayah Dilla.
“Gak mau tau aku Yah, udah ah.” Dilla mulai kesal.
“Kenzo pergi ke luar negeri, kesel sih sama kamu.” Ujarnya.
Dilla masih tak menghiraukan ucapan ayahnya. Sore tadi, ia jelas-jelas melihat Vera keluar dari rumah Kenzo.
Setelah ayahnya selesai check out, Dilla berkata, “Ayah jaga diri baik-baik ya. Kalau ada apa-apa kasih tau aku.”
Ayah Dilla memeluk Dilla, lalu berkata, “Ayah tau kamu mandiri, tapi inget ya, kita itu makhluk sosial. Kita perlu orang lain, kamu gak mungkin juga selamanya sendiri. Kamu, manusia biasa, perlu orang lain. Okay?”
Setelah ayahnya pergi, Dilla tak langsung pulang ke rumahnya. Ia mampir ke sebuah cafe di bandara itu. Sambil melihat pesawat-pesawat di luar kaca jendela, Dilla memikirkan apa yang dikatakan oleh ayahnya itu. Semua ucapannya memang benar.
Pada saat ini, Dilla mengeluarkan ponselnya, lalu melihat kembali sms yang ia kirimkan pada Kenzo pada sore tadi.
“Kalau mau menjauh bilang, kalau memang udah balikan sama mantannya, gak usah menghindar kayak gini. Saya cari Bapak cuma buat bilang terima kasih, gak lebih. Jadi, terima kasih banyak sudah mau membuang waktu dan tenaganya untuk menolong saya. Btw, gak perlu repot-repot menghindar ya, saya udah balik ke kantor lama saya juga kok. Thankyou for everything, bye!”
Dilla memijit pelipisnya, ia tak habis pikir, kenapa dirinya bisa begitu emosional tadi sore. Walaupun sampai saat ini masih belum dibaca, tapi sialnya tak ada fitur menarik kembali pesan di aplikasi chat itu.
Dilla teringat akan kata-kata ayahnya, ia harus merendahkan egonya.
Dilla pun kembali mengirim pesan kepada Kenzo.
“Pak, maafin saya ya. I was so drunk tadi tuh, entahlah, otak saya masih error belum begitu pulih. Maafin saya ya, terima kasih banyak udah nolong saya. Semoga Bapak sehat selalu.”
Pada saat ini, tiba-tiba seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berbadan kekar memegang kedua bahu Dilla dari belakang, sambil berkata, “Hei, kamu masih berani pergi sendirian?”
Dilla tak berani menoleh ke belakang. Dalam sekejap, keringatnya bercucuran di seluruh tubuhnya.
Bersambung …
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)