Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!! ((PLEASE KLIK SALAH SATU IKLANNYA YA KAKAK, SEBAGAI PENGGANTI KOIN, AGAR AWNOVEL BISA TERUS BERKEMBANG, LAFYUU :*))
Pada akhirnya, Dilla hanya bisa menurut kepada Kenzo. Ia tahu, dirinya akan aman selama dirinya bersama dengan Kenzo, sang pahlawannya.
Saat hampir sampai di apartemen Dilla, Dilla baru teringat akan sesuatu yang sedari tadi tak ia perhatikan, “Kenzo.”
Kenzo agak terkejut mendengar nada bicara Dilla yang serendah ini, ia segera menoleh ke arahnya secara sekilas, “Um, iya Dilla?”
“Kabar kamu gimana? Apa kamu baik-baik aja setelah masalah waktu itu selesai?” Tanya Dilla dengan suara yang pelan.
Kenzo tak langsung merespons pertanyaan, ia berpikir sejenak, lalu baru menjawab, “Terima kasih ya udah nanyain kabar saya. Saya baik-baik aja setelah itu, saya malah bahagia, bahagia kamu gak kenapa-kenapa.”
Dilla langsung mengembuskan napas lega, “Syukurlah kalau begitu. Saya khawatir sebenarnya.”
“Khawatir kenapa?” Kenzo bertanya lagi.
Dilla memalingkan wajahnya ke jendela di sampingnya, lalu berkata, “Kasus yang kemarin nyangkut nama saya itu bukan kasus kecil. Gak tanggung-tanggung, itu termasuk kejahatan internasional, dan kamu beraniin diri buat tolong saya, dan tolong korban-korban lainnya. Saya tau gak mudah, tolong jangan ada satu pun yang ditutupin yah. Please.”
Memang benar kata pepatah, laki-laki memang selalu haus akan pujian. Mendengar Dilla seperti ini, Kenzo tak bisa menahan rasa senang dan bangga dalam hatinya. Bagaimana tidak, ia mendapatkan pujian yang begitu tinggi dari perempuan yang ia sukai.
“Tenang aja, saya ngelakuin semuanya dengan perhitungan yang bagus dan pas. Jadi, semuanya berjalan dengan lancar. Kamu gak perlu khawatirin apapun, okay? Makasih ya udah bilang gitu, saya seneng banget dengernya.”
Dilla hanya membalasnya dengan senyuman saja.
Setelah sampai di apartemen Dilla, Kenzo bertanya, “Dilla, kalau kamu gak keberatan, saya antar sampai apartemen kamu boleh? I mean sampai unit kamu.”
“Anytime.” Jawab Dilla singkat.
Dilla agak terkejut saat menyadari jawabannya sendiri. Kenapa dirinya menjawab seperti itu? Entahlah.
Kenzo langsung tersenyum saat mendengar jawaban dari Dilla, ia segera berkata, “Saya cuma mau yakinin diri aja, kamu udah sampai dengan selamat. Gak lebih kok.”
Dilla segera keluar dari mobilnya tanpa merespons ucapan Kenzo. Mereka berdua langsung naik ke apartemen Dilla.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, orang yang berlalu lalang di koridor apartemen sudah mulai sepi. Namun, ada yang aneh dengan apartemen Dilla. Dengan cahaya yang redup di koridor, mereka berdua bisa melihat lampu kamar apartemen Dilla yang menyala dari bagian bawah pintunya.
“Kok aneh ya Kenzo, setiap pergi, aku selalu matiin semua lampu loh.” Ucap Dilla.
“Kamu di belakang aku ya, biar aku yang masuk duluan.” Ucap Kenzo.
“Kenzo, hati-hati ya. Ini kartu aksesnya.” Ucap DIlla sambil menyerahkan kartu aksesnya kepada Kenzo.
Kenzo mengangguk, lalu dengan hati-hati masuk ke dalam apartemen Dilla.
Sesaat setelah memasuki apartemennya, mereka berdua langsung mendengar suara tawa dari dapur apartemen itu.
Kenzo sudah bersiap memegang sapu untuk bersiaga menghadapi serangan.
Tiba-tiba, dua orang perempuan muncul sambil meniup terompet.
“Happy birthday Dilla!”
Ya, mereka berdua adalah Karin dan Lastri. Pantas saja, beberapa hari lalu mereka izin meminta akses apartemennya untuk alasan akan mampir di malam hari, agar tidak perlu menganggu Dilla, memintanya menjemput mereka ke lantai bawah.
Suasana yang diharapkan akan ramai ini malah menjadi canggung saat mereka berdua melihat kehadiran Kenzo di apartemen itu.
Dilla tak menyangka, dirinya sendiri saja sudah lupa akan ulang tahunnya sendiri, ia segera berkata, “Oh my god, thankyou so much kesayangan-kesayangan aku. Aku bisa jelasin semuanya, please jangan salah paham.”
“Umh, apa kita berdua perlu pergi?” Tanya Lastri.
Kenzo segera berkata, “Enggak-enggak, kita rayain bareng ulang tahun Dilla okay? Oh iya kenalin, saya Kenzo temennya Dilla.”
Kenzo benar-benar terlihat bodoh pada saat ini, ia sebenarnya tak perlu mengenalkan diri, karena Lastri dan Karin sudah mengenal Kenzo. Siapa sih yang tidak mengenal Kenzo si CEO tampan dan kalem ini? Hahaha.
Karin segera berkata, “Halo Pak Kenzo, saya Karin, dia Lastri, kami berdua itu teman sekantornya Dilla.”
“Panggil Kenzo aja, status kita semua sekarang kan teman. Hehe,” ucap Kenzo, lalu melanjutan, “sekarang, mending kita tiup lilin dulu yuk. Makasih loh kalian udah repot-repot ke sini.”
“Hallo Kenzo, saya Lastri, temannya Dilla,” setelah itu, Lastri menoleh ke arah Dilla, “ayo make a wish dulu Dill, semoga sama yang ini jadi ya Aamiin.”
…
Bersambung…
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)