Eps 4 Antusias

Antusias
0
(0)

Bella tersenyum sampai salah tingkah. Reza yang masih berdiri di sebelahnya segera berkata, “Dapet chat dari siapa sih? Sampai pipinya merah gitu?”

Bella terkekeh, lalu menunjukkan layar ponselnya, “Kak Arlina, hahaha cemburu ya? Jadi gak cemburunya? Mau isengin kamu aja, pura-pura seneng gini hahaha.”

Reza agak bingung, tak seperti biasanya Bella seperti ini, “Apaan sih kamu, dih gak jelas. Udah yuk, bentar lagi masuk kelas, ayo masuk.”

Reza dan Bella masuk ke kelasnya masing-masing. Kelas Bella dan Reza terpisah, karena jurusan mereka yang berbeda. Reza anak IPS dan Bella anak IPA.

Hari ini, pikiran Bella tak karuan, belajar pun benar-benar tidak bisa fokus. Padahal, Senin depan sudah mulai ujian nasional.

“Bella, Bell, Bella Nindy Putri!” teriak guru matematika yang mendapati Bella terus melamun.

“Oh iya Bu, maaf maaf,” Bella menegakkan tubuhnya, “maaf Bu.”

“Fokus ya belajarnya, sekarang coba kerjakan soal nomor 10 di papan tulis. Cepat ke depan.”

Bella pun bergegas berdiri, mengambil bukunya dan pergi ke depan. Untungnya, Bella sudah memelajari materi ini tadi malam. Jadi, bukan hal yang sulit untuknya mengerjakan soalnya secara langsung di papan tulis.

Prestasi Bella selalu cemerlang, hampir di semua pelajaran ia selalu bisa mendapatkan nilai yang sempurna. Semua orang di kelas langsung bertepuk tangan saat Bella selesai mengerjakan soal matematika yang terbilang cukup sulit itu.

“Bu, kok bisa sih Bu, Bella yang ngelamun aja langsung bisa ngerjain cepet, lah kita yang tadi merhatiin tapi gak mudeng-mudeng,” teriak salah satu teman sekelas Bella.

Murid-murid yang lain pun mulai bersorak, “Betul Bu, aduh gak kuat aku.”

Guru matematika ini langsung menggebrak meja dengan pelan, “Sudah sudah, jangan berisik. Intinya kalian harus belajar juga dari rumah, belajar di sekolah saja kan enggak cukup. Ayo perhatikan Ibu lagi.”

Bella hanya bisa tersenyum saat melihat tingkah teman-teman sekelasnya. Kembali ke tempat duduk, tetapi tetap saja, Bella tetap tidak bisa begitu fokus memperhatikan pelajaran hari ini.

Bela terus bertanya-tanya, sebenarnya apa yang sedang terjadi pada dirinya? Mungkinkah semua kejadian saat ia masih di SMP terulang lagi. Bella terus menyangkal, tidak mungkin, dirinya benar-benar masih normal. Ia masih begitu menyukai Reza, pacarnya yang tampan, tinggi dan pintar.

Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi, Reza sudah menunggu Bella di luar kelasnya. Begitu Bella keluar dari kelasnya, Reza langsung bisa melihat ada sesuatu yang aneh dari Bella. Ia melihat Bella tak seceria biasanya.

“Hei, kamu kenapa? Kok bete banget sih?” tanya Reza.

“Gak tau nih, kayaknya bentar lagi mau mens. Bawaan bad mood mulu aku tuh. Kita pulang dulu ya sebelum pergi main, mau ganti baju dulu.”

Reza tersenyum, “Ya sudah, kita main ya kita refreshing. Ayo kita pulang dulu.”

Mereka berdua pergi ke parkiran tempat motor Reza diparkirkan. Sepanjang jalan perjalanan, Bella terus memeluk erat Reza.

‘Maafkan aku Reza, aku gak bisa cerita apa yang aku rasain. Doakan aku bisa mengontrol perasaanku,’ gumam Bella dalam hati.

Lima belas menit kemudian, keduanya sampai di rumah Bella, “Yang, kamu siap-siap dulu ya, 20 menit lagi aku jemput.”

“Filmnya mulai jam 7 ya? masih ada waktu 2 jam kita makan dulu ya nanti, aku lapar nih. See you baby,” jawab Bella.

***

“Hei, udah pulang sekolah? Besok fitting baju ya. Kita ketemu besok.”

Pesan dari Arlina kembali menyapa layar ponsel Bella.

PLAK!

Bella menampar dirinya sendiri. Tiada hentinya meyakinkan dirinya, jangan merasa senang, Kak Arlina hanya menjalankan tugasnya sebagai seorang desainer yang mengatur kostumnya.

“Hallo Kak, aku baru pulang sekolah nih. Baik Kak. See you,” balas Bella.

Masih ada 3 kali pertemuan sampai kontes ini selesai. Hanya satu minggu, satu minggu saja akan terus-terusan bertemu dengan Kak Arlina, setelah itu tidak akan pernah bertemu lagi. Bella menyemangati dirinya sendiri, semangat! Ini hanya rasa antusias saja, bukan rasa cinta atau sayang!

Bella mulai bersiap-siap untuk pergi menonton film di bioskop dengan Reza. Malam ini, ia ingin mengenakan dress, berias, ingin tampil beda di depan Reza.

Entah memang feeling yang kuat atau bagaimana, Reza pun tumben sekali pergi membawa mobilnya, berpakaian rapi. Saat sampai di rumah Bella, Reza langsung turun dan menghampiri Bella yang sudah menunggunya di depan rumah.

“Kok bisa samaan gini ya, kita kayak mau candle light dinner aja hahaha,” ucap Reza.

Bella pun tersenyum, “Kamu juga, tumben banget rapi, bawa mobil pula.”

“Gak tau nih, tiba-tiba pengen aja gitu rapi terus bawa mobil gak motoran. Kasian juga kamunya, takut macet terus make up-nya luntur. Ya udah yuk naik dulu, kita ngobrol sambil jalan,” ucap Reza sambil membukakan pintu mobil.

Sepuluh menit berlalu, Reza tetap bisa merasakan suasana hati Bella yang masih saja buruk. Reza pun berinisiatif menanyainya, “Ada yang salah. Kamu kenapa? Cerita aja, ayo. Jangan bilang gak apa-apa lagi, aku bisa rasain ada sesuatu yang salah.”

Bella terkejut, namun disaat yang sama merasa ingin jujur juga akan apa yang dirinya rasakan. Bella menunduk, “Maafin aku Za ….”

“Aku…”

Bersambung….

*********************

Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)

Rate cerita ini yuk Kak!

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Dua Sisi

Dua Sisi

Status: Completed Author: Artist:
Sinopsis :
"Bella, perbanyak ibadah saja. Kamu pasti bisa sembuh kok, ayo semangat ya."

Rasanya...

Aku sudah muak dengan ucapan-ucapan seperti itu. Jika aku benar-benar sakit, harusnya aku sudah sembuh. Walaupun hanya berjuang sendirian, tapi bisa kupastikan usahaku untuk bangkit dari nestapa ini sudah sangat keras. - Bella

Semua berawal sejak Bella duduk di bangku kelas tiga SMA. Sebenarnya, semuanya masih terlihat baik-baik saja. Tak ada perubahan yang signifikan. Prestasinya di sekolah masih sangat cemerlang, pun di luar sekolah. Semua orang mengenalnya dengan si Bella pintar, si Bella hebat, dan berbagai pujian lainnya.

Sebuah perasaan, perasaan yang menurut kebanyakan orang sangat tabu, tiba-tiba muncul di hati Bella. Entah apa yang mendasarinya, tapi Bella sendiri sampai tak sanggup lagi untuk mengontrolnya.

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Plugin Kapsule Corp

Options

not work with dark mode
Reset
Part of PT. King Alin Jaya