Suami yang mapan, baik, perhatian, dan dewasa adalah dambaan bagi semua kaum Hawa di seluruh muka bumi ini.

https://www.freepik.com/free-photo/girl-love-boyfriend-divorce-background_1129407
Ridwan, seorang pengusaha fotocopy yang sudah memiliki lebih dari 10 cabang di 4 kota, bisa dikatakan termasuk kategori suami dambaan para kaum Hawa. Dengan usia yang matang, tepatnya berumur 32 tahun, memiliki bisnis yang menjanjikan, dan yang paling utama adalah, sangat dewasa.
Ridwan, atau sapaan hangatnya adalah Bang Ridwan. Bang Ridwan menikah saat umurnya genap 30 tahun. Bang Ridwan yang selalu sibuk dengan bisnis-bisnisnya tak punya begitu banyak waktu untuk mencari pasangan hidupnya. Oleh karena itu, saat orang tua Bang Ridwan menasihatinya untuk segera menikah, Bang Ridwan memasrahkan segalanya pada kedua orang tuanya.
“Restu orang tua adalah segalanya. Ibu dan Bapak lebih berpengalaman dalam hal rumah tangga. Aku pasrahkan segala sesuatunya pada Ibu dan Bapak. Ridwan Insha Allah akan menerima dengan sepenuh hati, calon yang dipilihkan oleh Ibu dan Bapak.” Ucap Bang Ridwan pada saat itu.
Tak lama kemudian, beberapa hari setelah hari itu, kedua orang tua Bang Ridwan memperkenalkan seorang wanita bernama Melly. Melly ini adalah anak dari pasangan dosen yang kebetulan adalah teman pengajian Ibunda Bang Ridwan. Melly tak begitu menyukai Bang Ridwan pada awalnya, namun begitu melihat kebaikan, kesabaran, ketampanan dan kemapanan Bang Ridwan, lalu mengingat orang tuanya yang sudah cukup berumur, Melly memutuskan untuk menerima dijodohkan dengan Bang Ridwan.
Sebenarnya, pada saat itu Melly masih memiliki seorang pacar. Namun, orang tua Melly sudah mendesak Melly untuk segera menikah, tetapi pacarnya Melly masih tak menunjukkan sinyal-sinyal keseriusan untuk menikahi Melly. Melly tak ambil pusing, toh umurnya juga sudah tak muda lagi. Melly menikah dengan Bang Ridwan saat ia menginjak umur 28 tahun. Perkenalan Melly dan Bang Ridwan terhitung cukup sebentar. Hanya 2 bulan saja.
Kembali ke masa-masa kehidupan pengantin baru. Walaupun Melly selalu bersikap dingin pada Bang Ridwan, namun Bang Ridwan selalu sebaliknya. Begitupun dengan kehidupan ranjang sepasang suami istri. Bang Ridwan tak pernah memaksa Melly. Sampai suatu hari, tepatnya setelah 3 minggu pernikahan mereka, terjadi sebuah percakapan yang menguras emosi keduanya.
“Bang… Melly mau jujur sama Abang…” Ucap Melly sambil menundukkan kepalanya.
“Melly sebenarnya sudah enggak perawan lagi. Abang boleh ceraikan Melly.” Lanjut Melly sampai menangis tersedu-sedu.
Bang Ridwan yang sedang memakai piyamanya langsung tertegun. Wajahnya langsung memerah. Bang Ridwan menghampiri Melly, lalu memeluknya.
“Melly, walaupun sikap Melly selalu dingin sama Abang, tapi dari awal, Abang udah suka udah sayang sama Melly. Abang cinta sama Melly. Bukannya cinta itu menerima baik buruknya pasangan kita?” Ucap Bang Ridwan menenangkan Melly.
“Bang… Tapi Melly udah jahat sama Abang, selalu dingin, selalu buruk sebagai seorang istri. Kenapa abang masih mau nerima Melly sih?” Tanya Melly.
“Cinta… Melly… Selalu ada kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Melly juga perlahan berubah ya? Demi pernikahan kita sayang.” Ucap Bang Ridwan.
***
Sejak hari itu, kehidupan suami istri mereka berdua secara perlahan mulai membaik. Melly sudah mulai sering memasak, menyiapkan segala keperluan Bang Ridwan. Tepat usia pernikahan menginjak usia 4 bulan, mereka diberikan kabar bahagia, Melly hamil! Tak ada kata-kata yang bisa mendeskripsikan bagaimana bahagianya Bang Ridwan, Melly dan seluruh keluarganya. Saat kabar itu tersebar di group whatsapp keluarga, seluruh keluarga inti langsung merayakan syukuran untuk menyambut kehadiran cucu, anak mereka semua.
Setelah sanak saudara semua sudah pergi, konsultasi ke dokter kandungan pun sudah dilakukan, Bang Ridwan secara khusus membelikan sebuah rumah untuk Melly.
“Melly sayang… Aku punya sesuatu buat kamu, buat keluarga kecil kita.” Ucap Bang Ridwan sambil memberikan sebuah map.
“Hah? Apaan nih Bang? Sertifikat apa ini? Rumah ya? Kenapa beli lagi? Kita kan udah punya rumah yang ini…” Ucap Melly sambil membuka map itu.
“Rumah kita ini terlalu ramai, terlalu dekat dengan pasar, aku mau cari perumahan yang tenang. Kelak anak kita besar nanti, dia bisa punya lingkungan yang bagus untuk tumbuh, lingkungan yang tenang untuk belajar di rumah…” Jawab Bang Ridwan.
Pada detik ini, Melly langsung menangis tersedu-sedu. Melly merasa sangat beruntung, walaupun Melly tak ingin bekerja, namun Bang Ridwan selalu memberikan seluruh hasil usahanya untuk ia atur sendiri, memberikan segala hak yang seharusnya seorang istri dapatkan, bahkan lebih dari itu. Sedangkan dirinya, selama ini tak pernah benar-benar sepenuhnya mencintai Bang Ridwan.
“Terima kasih ya Bang, terima kasih banyak. Sudah menjadi suami sekaligus ayah yang baik. Anak kita pasti bangga punya ayah sebaik kamu Bang. Aku juga bangga sama kamu, maaf aku masih banyak kurangnya.” Ucap Melly sambil menangis di pelukan Bang Ridwan.
***
Waktu pun berlalu begitu cepat, anak pertama mereka lahir dengan normal. Telah lahir, bayi perempuan cantik secantik ibunya, dengan keadaan sehat wal afiat, tidak kekurangan apapun.
Rintangan terberat sepasang suami istri adalah saat pertama kali memiliki seorang anak. Waktu mereka untuk berduaan semakin berkurang. Bahkan, waktu untuk beristirahat saja sudah banyak tersita.
Namun, setelah bayi ini berusia 5 bulan, sesuatu yang aneh pun terjadi. Melly tak seperti biasanya.
Melly yang biasanya selalu tak ingin bekerja, tiba-tiba meminta izin untuk bekerja. Dengan alasan jenuh, tubuh jadi tidak terawat, pergaulan juga jadi sempit, jadi Melly memohon untuk bekerja kembali seperti dulu. Bang Ridwan tak pernah melarangnya. Hanya saja, kali ini berbeda. Melly benar-benar sangat sibuk, selalu berangkat pagi dan pulang larut.
Sampai suatu hari, terjadi pertengkaran yang benar-benar sangat jarang terjadi di rumah Bang Ridwan dan Melly.
“Sayang… Kok pulang malem terus sih? Kasian lho anak kita nih Dek Nisa kangen banget sama ibunya.” Ucap Bang Ridwan dengan nada bicara yang rendah.
“Bang, Abang ngerti gak sih kerjaan Melly? Jadi manager tuh sibuknya minta ampun! Gak kayak Abang tinggal liat laporan usaha doang! Melly capek!” Teriak Melly.
“Lho kok marah? Abang kan pelan-pelan ngomongnya. Kita obrolin baik-baik, cerita hari ini gimana, Abang tau, kerjaan Melly tak segampang Abang. Maafin Abang ya sayang, maaf Abang salah, gak seharusnya tanya-tanya pas Melly capek seperti ini.” Bang Ridwan mencoba menenangkan Melly.
“Melly capek! Jangan cari Melly malam ini! Mau istirahat di rumah orang tuaku!”
Brukk!
Pintu rumah depan dibanting oleh Melly.
Bang Ridwan hanya bisa mengelus dada sambil menenangkan Nisa yang menangis karena terkejut oleh suara pintu tadi.
Melly benar-benar tak pulang selama semalaman.
Keesokan paginya, Bang Ridwan menelepon Melly.
“Hallo, Melly, kalau sayang sama Nisa cepat pulang sekarang. Untuk pertama kalinya, ini perintah suamimu. Jangan pergi bekerja, pulang saja sekarang.”
Tutututut….
Belum sempat menjawab, telepon itu langsung dimatikan.
Melly bergegas pulang ke rumah. Melly sangat panik, takut terjadi sesuatu kepada putri semata wayangnya.
Namun, begitu membuka pintu, Melly malah mendapati Bang Ridwan sedang menangis sesegukkan.
“Bang… Ada apa? Abang kok nangis?” Tanya Melly.
“Ada apa Bang? Mana Nisa?! Bang cepet ngomong!” Tanya Melly lagi.
“Nisa dijemput eyangnya, ibumu.. Tadi pagi sekali..” Jawab Bang Ridwan sambil menyeka air matanya.
“Bang… Maafin Melly…” Melly mulai menangis.
“Abang sudah tidak mau berbuat dosa lagi. Sebagai seorang suami, gagal membuat istrinya mencintai Abang sebagai suaminya…”
“Melly. Sebenarnya, dari dulu Abang tahu, cinta kamu masih buat mantan kamu. Dulu pas kamu mengaku tidak perawan, Abang tahu karena kamu ingin memancing Abang agar menceraikan Melly, agak Melly bisa kembali pada mantan pacar Melly. Dan pekerjaan Melly akhir-akhir ini, Abang tau kamu gak kerja, tapi pergi ke….”
“Ya Allah, maafkan hamba yang tak bisa membimbing istri hamba. Hamba yang salah ya Allah, semua dosa itu hamba saja yang menanggungnya, istri hamba tidak tahu apa-apa.” Ucap Bang Ridwan sambil terus menerus menangis.
“Bang.. Maafkan Melly……” Melly hanya bisa meminta maaf saja.
Bang Ridwan menghapus air matanya, lalu menegaskan, “Baik, sekarang Abang gak mau bikin Melly berdosa, dan Abang berdosa juga.. Asal Melly bahagia, Abang rela…”
“Bang!!! Istigfar!” Melly langsung menutup mulut Bang Ridwan.
“Jangan sampai jatuh talak!” Teriak Melly sambil bergegas mencium kaki Bang Ridwan.
Namun, tak sampai mencium kakinya, Bang Ridwan langsung mengangkat Melly.
“Abang, maafkan Melly. Sekarang Melly sadar, cintanya Abang begitu besar, paling besar buat Melly dan Nisa. Melly janji, ini yang terakhir. Abang… Jangan sampai jatuh talak. Melly tidak mau menyesal sudah membuang berlian demi sampah seperti mantan pacar Melly. Maaf Melly sudah berbuat dosa besar, Abang boleh pukulin Melly biar amarah Abang habis. Asal jangan ceraikan Melly, Melly butuh pembimbing hidup seperti Abang.” Melly memohon sambil memeluk kaki Bang Ridwan.
Bang Ridwan melepaskan pelukan Melly. Dia tidak langsung meresponsnya. Bang Ridwan memilih pergi ke kamar mandi, lalu mengambil wudhu untuk menangkan amarahnya. Setelah satu jam berlalu, Bang Ridwan menghampiri Melly yang sedang menangis tersedu-sedu di kamar.
“Melly. Demi Allah Abang udah maafin Melly. Tolong jangan ulangi lagi. Demi Abang, Nisa dan pernikahan kita. Kalau ada yang kurang dari Abang, bilang, nanti Abang perbaiki selagi Abang bisa.”
Melly langsung duduk dan memeluk Bang Ridwan, “Enggak Bang, Abang udah sempurna. Abang harus sering sering koreksi Melly, biar Melly semakin baik lagi.”
“Kita saling mengingatkan ya sayang, bukannya fungsinya pernikahan itu ini. Agar kita menjadi insan yang lebih baik lagi.” Ucap Bang Ridwan sambil memeluk Melly.
END
Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)