“Dilla, thankyou for coming,” ucap Kenzo.
“Udah ya, jangan banyak bicara dulu. Ini minum dulu, kamu aman sama aku. Tenang ya Kenzo,” ucap Dilla sambil memberikan segelas air hangat yang diantarkan oleh Ardi.
Setelah beberapa saat berlalu, datanglah dua pria jangkung secara tiba-tiba masuk ke dalam ruangan itu.
“Vera, mana si sok jago itu!” ucap salah satu pria jangkung itu.
Tak banyak bicara, Ardi dan kedua temannya langsung melumpuhkan kedua pria jangkung itu.
“Apa, apa-apaan ini! Siapa kalian hah?” ucap pria jangkung lainnya.
Sebelum lanjut baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!! ((PLEASE KLIK SALAH SATU IKLANNYA YA KAKAK, SEBAGAI PENGGANTI KOIN, AGAR AWNOVEL BISA TERUS BERKEMBANG, LAFYUU :*))
Kedua pria itu berhasil dilumpuhkan dengan sangat mudah oleh kedua teman Ardi. Dan Ardi, ia menginjakkan kedua kakinya di atas kepala kedua pria itu.
“Hei, masih berani macem-macem sama bos saya? Kemarin-kemarin ngancem-ngancem masih belum kapok juga? Hebat ya, terus sekarang kerja sama sama mantan pacar bos saya?” ucap Ardi sambil menjambak rambut Vera, “makanya hidup yang bener Mbak! Kelilit utang ya jangan sampai ngejual nyawa mantan juga!”
Vera hanya tertunduk malu, ia tak tahu harus bagaimana. Ia merasa sangat bodoh, mau saja disuruh untuk membawa Kenzo yang saat itu sedang dalam keadaan pingsan ke hotel ini, hanya dengan imbalan 100 juta.
Kedua teman Ardi, yang bernama Ridwan dan Alfi segera memanggil rekan kerjanya yang lain untuk membawa ketiga orang ini.
***
Kediaman Kenzo
Seluruh tubuh Kenzo sudah diperiksa oleh dokter pribadi Kenzo. Selama proses pemeriksaan ini, Dilla tak pernah sedetik pun tak ada di samping Kenzo.
Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Dilla awalnya ingin pulang, tetapi ia takut terjadi sesuatu pada Kenzo.
“Bi, kalau aku pulang dulu, di sini aman kan?” tanya Dilla pada bi Nirah.
“Non, Non mending nginep di sini aja ya. Malam ini aja. Bibi takut, kalau ada apa-apa, gak ada yang bisa dimintain tolong,” jawab bi Nirah.
“Ya udah deh okay, saya tidur di sofa kamar Kenzo aja. Saya ikut mandi ya Bi, gak enak banget badan saya lengket.”
Bi Nirah tersenyum, lalu berkata, “Boleh, tunggu sebentar ya. Saya siapkan alat mandi dan pakaian gantinya.”
Dilla agak terkejut, “Pakaian ganti? Punya siapa Bi?”
“Untuk jaga-jaga ada saudara Den Kenzo datang, jadi di rumah stock baju tidur cukup banyak.” Jelas bi Nirah.
“Oh gitu ya, oke deh, makasih ya Bi.” Ucap Dilla.
Tak lama kemudian, bi Nirah membawakan sebuah piyama bergambar strobery berikut handuk dan alat mandi lainnya.
Setelah selesai mandi, Dilla mengelus kepala Kenzo, “Kenzo, jangan lama-lama sakitnya ya. Maafin aku, dari kemarin gak peka sama perasaan sendiri. Kamu spesial buat aku.”
Sebelum tidur, Dilla mendapati sebuah foto yang sangat familier dengannya. Dilla mendekati foto yang tertempel dekat meja komputer Kenzo, dan foto itu adalah foto dirinya saat sedang presentasi dulu.
Dilla tersenyum, lalu akhirnya tertidur pulas di atas sofa.
Keesokan paginya, Dilla terkejut saat merasakan tangan yang merangkul tubuhnya. Dilla membuka matanya secara perlahan, lalu mendapati Kenzo sudah ada di sampingnya. Tanpa sadar, Dilla sudah dipindahkan ke atas kasur oleh Kenzo.
Dilla tak menolak pelukan dari Kenzo. Yang pasti, ia benar-benar merasa sangat nyaman, berada di pelukan Kenzo.
“Morning Kenzo,” sapa Dilla.
Kenzo agak terkejut dengan reaksi Dilla. Di bayangannya, Dilla akan marah besar begitu mengetahui dirinya dipindahkan ke atas kasurnya. Namun, ternyata tidak sama sekali.
Kenzo tersenyum manis, lalu menyapa Dilla, “Morning Dilla, what happened last night? Kamu berhasil selamatin aku?”
Dilla melepaskan pelukan Kenzo, lalu mundur beberapa centi meter dari Kenzo.
“Kenzo, ceritain semuanya sama aku! Kenapa kamu bisa sama Vera!” ucap Dilla kesal.
“Kamu, lucu banget sih kalau lagi marah gini,” jawab Kenzo sambil tersenyum.
“Jadi gini, sore itu aku ke butik, lalu ke salon. Aku mau rapih dan ganteng pas ketemu kamu. Tapi, dua orang tiba-tiba narik aku ke dalam mobil. Dari situ aku udah gak inget apa-apa. Masalah Vera juga enggak tau sama sekali.” Terang Kenzo.
Dilla kembali memeluk Kenzo, “Semuanya pasti ada hubungannya sama penculikan aku waktu itu. Maafin aku ya, bikin kamu semenderita ini.”
Kenzo tersenyum, “Kita udah impas ya, sama-sama saling selamatin. Makasih banyak Dilla. Aku benar-benar bahagia banget, kamu bisa sepeduli ini sama aku. Kalau gak ada kamu, mungkin aku udah mati.”
DIlla memeluk erat tubuh Kenzo, air matanya terus menerus mengalir. Rasanya sangat sedih sekali, tak terbayangkan bagaimana jika Kenzo sampai meninggal karena menyalamatkan dirinya.
“Udah, ini terakhir ya. Gak ada lagi drama-drama kayak gini, mulai saat ini, kita pakai jasa body guard ya,” ucap Dilla.
Kenzo hanya membalas ucapan Dilla dengan kecupan di kening Dilla saja.
Bersambung …