Eps 11 Pelukan Ternyaman

Pelukan Ternyaman
4
(4)

Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!! ((PLEASE KLIK SALAH SATU IKLANNYA YA KAKAK, SEBAGAI PENGGANTI KOIN, AGAR AWNOVEL BISA TERUS BERKEMBANG, LAFYUU :*))

Rasa kantuk yang awalnya sudah menghampiri Bella tiba-tiba menghilang, sesaat setelah Arlina memeluknya. Entah apa yang dipikirkan oleh Bella dan Arlina, yang pasti, keduanya sama-sama terlihat begitu bahagia, dan sedih di waktu yang sama. 

Setelah keheningan ini berlalu beberapa saat, Bella pun mulai memecah suasana itu.

“Kak, tau gak?” Tanya Bella.

Arlina agak terkejut saat mengetahui Bella masih belum tidur juga, “Apa?”

Bella tersenyum dan tertawa kecil, “Hehe, ini pelukan ternyaman yang pernah aku rasain. Aku sama Reza pelukan gak pernah senyaman ini sebelumnya.”

Senyum sumringah di wajah Arlina berubah menjadi wajah yang masam saat ia mendengar nama Reza, “Please deh, kamu lagi sama aku, ini malam terakhir kita. Aku mau kamu fokus sama aku.”

“Ih Kakak lucu kalo ngambek, tapi aku serius, pelukan sama Kakak itu paling ternyaman deh di hidup aku,” ucap Bella.

Arlina pun mencubit perut Bella, “Lucu apanya? Ngeselin tau, gak penting banget bahas dia.”

Pada saat ini, Bella berbalik menatap Arlina, ia menyorot wajah Arlina dengan senter di ponselnya, “Liat deh pipi Kakak merah. Lucu bangetlah! Hahaha. Lagian, kenapa sih harus jauh banget perginya?”

“Ish kamu bisa aja. Aku gak ngambek, cuma ngerasa topik itu gak penting. Nih ya Bella, kalo deket emang kenapa? Gimana coba ceritain sama aku.” Tanya Arlina.

Bella tersenyum, ia duduk lalu menyalakan lampu tumblr di kamar Arlina.

“Kak, Kakak cemburu ya?” Bella mulai menggoda Arlina.

Arlina dengan tegas mengatakan, “Ya enggaklah, kamu malam ini sama aku, ngapain cemburu? Jawab dulu pertanyaanku yang tadi. Kalo misal deket emang kenapa?”

Bella menjawabnya sambil pergi untuk mengambil gelas winenya, “Nah malam-malam berikutnya? Hahaha, ya kalo deket tinggal nyamperin ke rumah kalo kangen.”

“Maksudnya malam-malam berikutnya kamu sama orang lain gitu? Ih ngeselin banget ya anak kecil,” ucap Arlina sambil berdiri untuk menghampiri Bella.

Bella hanya tersenyum manis menatap Arlina, sambil menyesap winenya.

Arlina berkata, “Hei, jangan banyak-banyak minumnya. Nanti pusing repot.”

“Kak, aku udah 17 tahun, udah legal. Malam ini bakal aku kenang selamanya. Jadi, aku gak mau biarin malam ini berlalu begitu saja.” Ucap Bella.

“Taph …”

Belum sempat selesai berbicara, Bella langsung mengecup bibir Arlina.

***

Malam ini pun berlalu dengan penuh suka cita. Bella sangat bersyukur, bisa diberi kesempatan untuk mencurahkan seluruh perasaannya.

Hari perpisahan pun tiba. Pagi ini, Bella bangun lebih dulu.

Bella mengecup bibir Arlina, lalu berkata, “Kak, bangun yuk. Siap-siap dulu.”

Arlina terbangun, dengan air mata yang langsung berlinang. Ia memeluk Bella erat-erat, “Bella, kenapa sih aku harus punya perasaan kayak gini lagi! Aku udah capek huhuhuhu.”

Bella segera menenangkan Arlina, “Hei, Kak, setiap pertemuan pasti ada perpisahan, dan kita gak tau kedepannya gimana. Entah aku nyusul kuliah ke sana, atau bahkan nanti kerja di sana juga pas udah lulus kuliah di sini. Kita gak tau apa-apa soal masa depan. Yang paling penting, hidup harus tetap liat ke depan. Kakak semangat ya.”

Arlina mendorong tubuh Bella, ia menatap dalam-dalam ke arah mata Bella, “But, you love me right? Please, jangan bilang gini karna cuma kasian sama aku.”

“I love you, aku pun sama sedih, tapi mau gimana lagi? Apa gunanya sedih?” tanya Bella sambil menyeka air mata Arlina.

“Okay, terima kasih banyak ya. Ternyata, kamu bisa lebih dewasa daripada aku. Aku siap-siap dulu ya sekarang.”

Setelah Arlina selesai mandi, Bella juga mulai bersiap-siap untuk mengantarkan Arlina ke bandara.

Arlina berpikir, Bella tak mungkin akan sesedih dirinya. Arlina masih mengira perasaan Bella hanya sebatas rasa antusias saja. Namun, tidak ada yang tahu. Saat sedang berada di dalam kamar mandi, Bella tak bisa menahan air matanya. Ia sangat kecewa, kenapa disaat dirinya bisa mengungkapkan perasaannya, tapi orang yang ia cintai malah pergi jauh meninggalkan dirinya.

Koper dan tas Arlina sudah dimasukan ke dalam mobil Bella. Arlina berpamitan kepada Mbak Suni, lalu masuk ke dalam mobil.

Selama perjalanan, Arlina tiada hentinya memberikan masukan kepada Bella agar terus semangat mengejar impiannya. Pada saat ini, terlihat jelas kesedihan di mata mereka berdua.

Sesampainya di bandara, Arlina segera bersiap-siap untuk check in.

Sebelum resmi berpisah, Bella berkata, “Kak, I will fight for our love. Jangan lupain aku, please.”

Bersambung …

Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD) 

Rate cerita ini yuk Kak!

Click on a star to rate it!

Average rating 4 / 5. Vote count: 4

No votes so far! Be the first to rate this post.

Dua Sisi

Dua Sisi

Status: Completed Author: Artist:
Sinopsis :
"Bella, perbanyak ibadah saja. Kamu pasti bisa sembuh kok, ayo semangat ya."

Rasanya...

Aku sudah muak dengan ucapan-ucapan seperti itu. Jika aku benar-benar sakit, harusnya aku sudah sembuh. Walaupun hanya berjuang sendirian, tapi bisa kupastikan usahaku untuk bangkit dari nestapa ini sudah sangat keras. - Bella

Semua berawal sejak Bella duduk di bangku kelas tiga SMA. Sebenarnya, semuanya masih terlihat baik-baik saja. Tak ada perubahan yang signifikan. Prestasinya di sekolah masih sangat cemerlang, pun di luar sekolah. Semua orang mengenalnya dengan si Bella pintar, si Bella hebat, dan berbagai pujian lainnya.

Sebuah perasaan, perasaan yang menurut kebanyakan orang sangat tabu, tiba-tiba muncul di hati Bella. Entah apa yang mendasarinya, tapi Bella sendiri sampai tak sanggup lagi untuk mengontrolnya.

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Plugin Kapsule Corp

Options

not work with dark mode
Reset
Part of PT. King Alin Jaya