Eps 6 Tidak apa-apa

Tidak apa-apa
0
(0)
Sebelum baca, ayo like halaman facebook dan subscribe youtube kami agar tidak ketinggalan info update!!

Arlina sudah mendapatkan kabar perihal Bella mengundurkan diri dari kompetisi itu. Sangat membingungkan sekali, kenapa rasa sangat sedih saat mendengar kabar Bella mengundurkan diri dari kompetisi ini. Entah sedih karena Bella melewatkan kesempatan yang berharga ini, atau.. Karena tidak ada kesempatan untuk bertemu dengannya lagi.

***

Keesokan paginya, ponsel Bella berdering. Bella pikir, Reza-lah yang menelponnya. Karena setiap pagi, Reza biasanya meneleponnya untuk mengabari kalau dirinya sudah berangkat dari rumah menujur rumah Bella untuk menjemputnya. Bella yang sedang sarapan, langsung mengangkat telepon itu tanpa melihat siapa peneleponnya.

“Hallo morning sayang.”

Tak lama kemudian, terdengar suara dehaman dari ujung telepon itu, “Ehem, maaf saya Arlina.”

Wajah Bella langsung memerah. Kenapa Arlina meneleponnya sepagi ini? Ada apa?

“Kak, maaf aku kira Reza. Aku gak liat layar handphone aku, jadi…”

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Arlina langsung memotong pembicaraan Bella, “To the point aja Bell, kamu yakin mau mengundurkan diri? Mumpung belum resmi dianggap mengundurkan diri, pikirin lagi ya. Kesempatan gak datang dua kali loh.”

Bella bingung, “Kak, aku mau fokus UN,” bisik Bella karena takut akan terdengar oleh orang tuanya.

“Pikirin sampe sore nanti ya. Aku tunggu keputusan akhir kamu.”

Telepon pun langsung dimatikan oleh Arlina.

Bella bingung. Tak tahu harus kepada siapa menceritakan masalah ini. Tak mungkin sekali untuk membicarakannya dengan orang tuanya. Orang tua Bella tahu jelas, putri semata wayang mereka sangat pintar di bidang akademik, tak mungkin sekali menggunakan alasan fokus ujian nasional untuk mengundurkan diri dari kompetisi itu.

Tak lama kemudian, terdengar suara klakson dari luar gerbang. Reza sudah sampai di depan rumah Bella. Bella yang sedari tadi hanya diam saja, langsung berpamitan pada kedua orang tuanya, “Bu, Yah aku berangkat dulu ya.”

Setelah mencium tangan kedua orang tuanya, ia langsung pergi keluar.

Naluri seorang ibu memang kuat. Ibu Bella merasa ada yang lain dengan tingkah laku putrinya. Sudah tiga hari kurang lebih, Bella sering melamun, seolah sedang memikirkan sesuatu. Namun, Ibu Bella masih mencari saat yang tepat untuk mengutarakan kerisauannya itu.

Hari ini, suasana hati Bella jauh lebih baik dibandingkan hari kemarin. Saat sore tiba, Bella langsung pulang ke rumah, tidak mampir main kemana pun.

Sesampainya di depan gerbang Bella, Reza berkata, “Sayang, aku mau main di rumah kamu ya. Di rumahku lagi ada acara arisan mamiku. Rame banget, aku mau sekalian belajar. Boleh ya?”

Sebenarnya Bella sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun, tapi apa boleh buat. Reza itu pacarnya, dan dia memang sedang membutuhkan tempat untuk belajar dengan tenang.

“Boleh kok. Ayo masuk,” ajak Bella.

Reza langsung duduk di sofa ruang tamu, Bella pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian. Saat Bella selesai berganti pakaian, Reza sudah berdiri di depan kamarnya.

“Ngapain di sini?” tanya Bella.

“Aku tau ada sesuatu yang kamu pikirin. Tolong jangan bohong lagi sama aku.” Reza langsung berterus terang.

“Za ….” Bella menunduk, “Aku gak tau harus ngomong dari mana. Aku yakin kamu gak akan bisa nerima hal ini.”

Reza langsung memeluk Bella, “It’s okay sayang. Aku sayang kamu, cinta kamu, aku pasti bisa nerima. Walaupun.. Mungkin akhirnya bakal nyakitin hati aku. Gak apa-apa sayang.”

Bella langsung menangis tersedu-sedu di pelukan Reza. Reza, laki-laki yang sangat mencintainya ini sangat mengerti dan memahami dirinya. Tapi, kenapa dirinya malah sangat jahat pada Reza? Bella tak bisa berkata-kata lagi.

Reza pun mengucapkan satu kata yang membuat Bella tercengang, “Arlina?”

Bella menyeka air matanya, “Maksud kamu?”

Reza menghela napas berat, “Bella, kita udah temenan dari kecil. SD, SMP sampe sekarang. Hampir semua hal yang kamu alami, aku tahu. Inget kejadian pas SMP dulu? Aku inget banget pas kamu ketemu kakak kelas yang kamu suka itu. Dan pandangan kamu, tatapan kamu Bell, sama kayak pas kamu natap Arlina kemarin.”

Bella benar-benar tak bisa berkata-kata lagi. Ia merasa hancur sehancur-hancurnya. Ya Tuhan…

**************

Bersambung…

Terima kasih sudah membaca novel kami. Untuk menyemangati author agar terus update, jangan lupa share, komen dan klik salah satu iklan di web kami(Hehehe lumayan bisa beli cemilan untuk menemani author nulis XD)  

Rate cerita ini yuk Kak!

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Dua Sisi

Dua Sisi

Status: Ongoing Author: Artist:
Sinopsis :
"Bella, perbanyak ibadah saja. Kamu pasti bisa sembuh kok, ayo semangat ya."

Rasanya...

Aku sudah muak dengan ucapan-ucapan seperti itu. Jika aku benar-benar sakit, harusnya aku sudah sembuh. Walaupun hanya berjuang sendirian, tapi bisa kupastikan usahaku untuk bangkit dari nestapa ini sudah sangat keras. - Bella

Semua berawal sejak Bella duduk di bangku kelas tiga SMA. Sebenarnya, semuanya masih terlihat baik-baik saja. Tak ada perubahan yang signifikan. Prestasinya di sekolah masih sangat cemerlang, pun di luar sekolah. Semua orang mengenalnya dengan si Bella pintar, si Bella hebat, dan berbagai pujian lainnya.

Sebuah perasaan, perasaan yang menurut kebanyakan orang sangat tabu, tiba-tiba muncul di hati Bella. Entah apa yang mendasarinya, tapi Bella sendiri sampai tak sanggup lagi untuk mengontrolnya.

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Plugin Kapsule Corp

Options

not work with dark mode
Reset
Part of Alinrei Group